Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/09/10 |
|
Sabtu, 10 September 2016 (Minggu ke-17 sesudah Pentakosta)
|
|
Dalam menekankan kedaulatan Allah, sering sekali kita salah mengerti dan berpikir bahwa Allah yang tidak berubah adalah Allah yang tidak merespons apa pun yang dilakukan umat-Nya. Pemikiran tersebut salah, seperti yang terlihat dalam nas hari ini. Allah berfirman melalui Yehezkiel demikian: "Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! - tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati... Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti mati! - tetapi ia bertobat dari dosanya serta melakukan keadilan dan kebenaran, orang jahat itu mengembalikan gadaian orang..., sehingga tidak berbuat curang lagi, ia pasti hidup..." (13-15). Allah menyatakan diri-Nya tidak berubah. Tetapi, bukan berarti Ia tidak merespons perbuatan umat-Nya. Pernyataan ini sama dengan yang dinyatakan-Nya dalam Yeremia 18:7-10. Dalam pernyataan ini ada paradoks antara doktrin "ketidakberubahan" Allah dan Allah yang merespons. Di satu sisi, Allah bukan seperti manusia sehingga Ia menyesal. Ia melakukan apa yang difirmankan-Nya (Bil. 23:19; 1Sam. 15:29). Artinya, apa yang ditetapkan Allah tidak mungkin berubah. Misalnya, kehancuran Yehuda tidak dapat diubah karena hal itu merupakan ketetapan Allah. Di sisi lain, Alkitab menekankan bahwa Allah merespons terhadap perilaku manusia. Misalnya, Allah merespons ratapan Hizkia dan Ia memperpanjang hidupnya 15 tahun lagi. Keduanya merupakan ajaran Alkitab dan kita harus berpegang pada kedua ajaran tersebut. Bagaimana harmonisasi kedua doktrin itu? Ketika Allah menyatakan akan melakukan sesuatu, belum tentu itu merupakan ketetapan Allah. Bisa saja itu merupakan kesempatan yang Allah berikan kepada manusia untuk bertobat. Jika demikian, doa orang benar pun tidak dapat mengubahnya (bdk. Yeh. 14:14, 20). Marilah kita bertobat dari dosa kita selama masih ada waktu. [IT] Baca Gali Alkitab 2 Nabi tidak hanya berfungsi sebagai penyambung lidah antara umat dan Allah, tetapi juga sebagai pengawas Allah. Nabi memiliki tanggung jawab besar untuk menegur dosa umat Allah maupun orang-orang fasik. Jika ia melihat kejahatan, maka sudah menjadi tugasnya untuk menegur dan memperingatkan. Apa saja yang Anda baca? 1. Apa yang dikatakan Allah mengenai Si Penjaga Israel (1-3, 7)? 2. Apa konsekuensi yang harus ditanggung oleh orang yang mengabaikan peringatan nabi Allah (4-5, 9)? 3. Apa risiko yang diterima nabi Allah ketika ia dengan sengaja tidak melakukan tugasnya (6, 8)? 4. Apa harapan yang Allah berikan kepada bangsa Israel dan apa yang diinginkan Allah (10-12)? 5. Apa nubuat Allah mengenai orang benar (13, 17-20)? 6. Apa nubuat Allah mengenai orang jahat (14-16)? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? 1. Mengapa menegur dosa dan menyingkapkan kebenaran begitu penting di hadapan Allah? 2. Mengapa pertobatan dan hidup benar merupakan jalan keselamatan? Apa respons Anda? 1. Jika Anda melakukan kesalahan terhadap orang lain, apa yang akan Anda lakukan? 2. Tekad apa yang Anda lakukan untuk memperbarui diri di hadapan Allah? Pokok Doa: Memohon Allah mau menegur kita untuk memperbaiki hidup kerohanian di hadapan-Nya.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |