Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/09/12 |
|
Minggu, 12 September 2010
|
|
Judul: Jabatan bukan jaminan Yoab sebagai seorang berpangkat tinggi ternyata menunjukkan kekejian yang luar biasa. Ia menipu dan membunuh Abner, seorang jenderal yang memprakarsai penyatuan kedua takhta itu. Secara politis, mungkin Yoab khawatir dengan persaingan antara dirinya dengan Abner setelah kerajaan itu bersatu, karena Abner menguasai lebih banyak wilayah dan rakyat dibandingkan dirinya. Yoab juga punya dendam pribadi karena Abner telah membunuh adiknya, Asael. Padahal kalau dipikir-pikir, sebenarnya Yoab tidak mempunyai alasan apa pun untuk dendam terhadap Abner, karena Asael dibunuh di medan perang – itu pun setelah berulang kali Abner memperingatkan Asael, karena Abner merasa tidak enak hati terhadap Yoab (bdk. 2Sam. 2:23). Tak urung kematian Abner membuat Raja Daud meratap tanpa malu-malu. Bahkan secara terbuka Daud menyatakan kutukan atas pembunuh Abner, walaupun Abner secara terbuka menentang dia hampir seumur hidupnya. Daud menyadari bahwa Tuhanlah yang berkuasa, Tuhanlah yang Empunya takhta yang saat itu dipercayakan kepada Daud. Dari Daud dan Yoab kita belajar bahwa kedudukan tinggi bisa memberikan kehormatan, tetapi tidak bisa memberikan kepribadian yang mulia. Kepribadian mulia, yang seturut dengan kehendak Allah, harus kita pupuk dengan hati yang tulus dan terbuka di hadapan Allah, membiarkan Allah membentuk kita melalui pengenalan firman-Nya, persekutuan dengan umat-Nya, dan pengalaman-pengalaman hidup kita.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |