Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/09/19 |
|
Selasa, 19 September 2017 (Minggu ke-15 sesudah Pentakosta)
|
|
Firman TUHAN yang datang kepada Zefanya bin Kusyi bin Gedalya bin Amarya bin Hizkia dalam zaman Yosia bin Amon, raja Yehuda" (1:1). Zefanya adalah satu-satunya nabi yang silsilahnya diperkenalkan hingga empat keturunan, yang menyiratkan bahwa dia merupakan buyut dari Raja Hizkia. Dia merupakan keturunan bangsawan yang harus menegur para bangsawan lainnya, juga Raja Yosia, yang sekaligus pula kerabatnya. Artinya, Zefanya bernubuat untuk kalangan sendiri. Dengan lugas dan jelas, Zefanya menubuatkan bahwa Allah akan merebahkan orang-orang fasik dan melenyapkan manusia dari muka bumi, juga Yehuda dan segenap penduduk Yerusalem (3-4). Serangan dan penjajahan bangsa-bangsa lain terhadap Yehuda merupakan hukuman Allah. Karena para pemimpin maupun umat Yehuda tak lagi mengakui Allah sebagai Tuhan Israel. Mereka hidup semaunya. Selain Allah Israel, mereka juga menyembah matahari dan bulan, juga dewa-dewa lainnya. Untuk semua itu, Zefanya berseru: "Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat" (7). Seruan Zefanya merupakan keniscayaan karena di hadapan Allah tak mungkin manusia bertingkah laku sesukanya. Terlebih ketika manusia tak lagi mematuhi kehendak khalik-Nya. Berdiam diri berarti tidak membela diri, apalagi mencari kambing hitam-melemparkan kesalahan kepada orang lain-namun rela menerima hukuman atas segala kesalahan yang telah diperbuat. Berdiam diri berarti pula pasrah terhadap keadilan Allah, yang menghukum orang bersalah; namun percaya juga terhadap belas kasihan Allah. Allah memang membenci dosa, tetapi mengasihi manusia berdosa. Tugas kenabian Zefanya tentu tidak mudah. Agar pesannya sungguh efektif, Sang Nabi harus bersedia menjadikan dirinya teladan. Itu berarti Zefanya harus terlebih dahulu berdiam diri-pasrah terhadap keadilan dan kasih Allah: rela menerima hukuman Allah karena kesalahan sendiri sekaligus berharap sungguh pada belas kasihan Allah. Sikap seperti itu harus ada pada orang percaya abad XXI. [YM]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |