Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/09/21 |
|
Sabtu, 21 September 2019 (Minggu ke-14 sesudah Pentakosta)
|
|
Jika Anda adalah pengurus dan aktivis gereja, mungkin komentar miring tentang pelayanan pernah singgah di telinga Anda. Komentar ini terasa menyakitkan karena menganggap pelayanan Anda sia-sia. Anda mungkin jengkel kepada para komentator itu karena merasa tidak dihargai. Herannya, Yesus sendiri pun pernah melontarkan komentar bahkan kecaman kepada pengurus dan aktivis agama pada masa-Nya. Dalam nas ini, Yesus mengecam dua kelompok masyarakat. Pertama, kelompok orang Farisi. Yesus mengecam karena kehidupan keagamaan mereka yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Mereka merasa sudah benar hanya karena menaati peraturan agama. Sementara dalam keseharian, mereka melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Yesus menyebut mereka sebagai kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya tidak mengetahuinya (44). Kedua, kelompok ahli Taurat. Yesus mengecam mereka karena kehidupan keagamaan mereka yang justru diletakkan pada orang lain. Mereka mengkaji berbagai aktivitas rohani yang seharusnya dilakukan oleh umat Tuhan, tetapi mereka sendiri tidak tersentuh atau tidak melakukannya (46). Mereka penuh dengan pengetahuan agama, tetapi mereka sendiri tidak mempraktikkannya. Jadi, Yesus mengecam kehidupan keagamaan yang hanya membangun pengetahuan, tetapi tidak dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita supaya kita memiliki kehidupan kekristenan yang utuh. Kita wajib memiliki pengetahuan akan kebenaran, sekaligus juga mempraktikkannya dalam seluruh aspek kehidupan. Jadi, kekristenan kita tidak hanya tampak saat ibadah, namun juga hadir pada saat kita bekerja, mendidik anak, bermasyarakat, dan dalam bidang kehidupan lainnya. Kekristenan yang demikian berasal dari kehidupan rohani yang hidup dan dinamis. Doa: Tuhan, tolonglah kami agar tidak hanya menambah teori pengetahuan tentang kebenaran Allah, tetapi juga menghidupinya. [RG] Baca Gali Alkitab 3 Kekristenan berkembang bukan karena kecanggihan doktrinnya. Kisah Para Rasul 2:41-47 mencatat bahwa penerapan kasih yang mendaratlah yang menjadi kunci pertumbuhan gereja. Cara hidup yang bertolong-tolongan, menurut Paulus, merupakan hukum Kristus. Artinya, aspek ini berperan penting dalam seluruh bangunan kekristenan. Kali ini, kita akan belajar tentang konsep saling membantu agar bisa kita terapkan dalam lingkungan keluarga, gereja, dan masyarakat. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |