Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/09/26 |
|
Sabtu, 26 September 2020 (Minggu ke-16 sesudah Pentakosta)
|
|
Dalam ayat 1 pemazmur menulis tentang dirinya yang dengan segenap hati mengucap syukur kepada Tuhan. Pengucapan syukur tersebut berawal dari hal-hal ajaib yang terjadi bukan karena kebetulan, melainkan karena campur tangan Tuhan. Pemazmur juga mengalami berbagai keajaiban Tuhan dalam hidupnya, seperti: keagungan, keadilan, kasih sayang, kebenaran, kejujuran, dan kebebasan dari Tuhan, termasuk penggenapan janji Tuhan kepada dirinya. Semuanya telah menjadi pengalaman nyata dalam hidup pemazmur. Pada ayat 10, pemazmur menuliskan hal yang sepertinya merupakan kesimpulan dari semua pengalaman yang dirasakannya bersama Tuhan, yaitu bahwa hikmat yang diperolehnya berawal dari sikap takut akan Tuhan. Sikap ini akan menghasilkan kehidupan yang berakal budi bagi setiap orang yang menjalankannya. Kehidupan kita saat ini sebagai orang percaya mungkin penuh dengan kesibukan karena rutinitas yang boleh dikatakan hampir menyita seluruh tenaga dan waktu kita. Bila keseharian kita penuh dengan kesibukan rutin seperti itu, apakah kita masih mempunyai waktu khusus untuk bersama Tuhan? Mungkinkah kita memiliki pengalaman dengan Tuhan seperti yang dirasakan oleh pemazmur? Apakah kesibukan itu menjadi penyebab utama adanya penghalang intervensi Allah dalam hidup kita? Tentu saja, penghalangnya bukan kesibukan itu sendiri, melainkan ketidakpedulian kita terhadap Tuhan. Oleh karena itu, melalui renungan ini, kita harus mengembangkan sikap takut akan Tuhan. Sikap ini mencerminkan komitmen untuk menjalankan firman Tuhan dan bertujuan memuliakan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap takut akan Tuhan inilah yang pada akhirnya akan membuat kita merasakan pengalaman bersama Tuhan, bahwa Ia beserta kita dan mengintervensi hidup kita. Sikap ini pula yang membuat kita berhikmat. Jadi, tanamkanlah sikap takut akan Tuhan dengan mengingat perbuatan-Nya yang besar serta penuh kasih sayang, kebenaran, dan keadilan. [RMS] Baca Gali Alkitab 4 Pemazmur mengeluh dan mengadu kepada Tuhan dengan nada cukup tegas (1). Ia merasa kesal karena dirinya mendapat fitnah justru dari orang-orang yang mendapat kasihnya dan yang didoakannya. Berbagai kutukan diucapkannya terhadap mereka. Tetapi, apakah benar sedemikian buruknya pemazmur? Dia hanya menyampaikan keluhan hatinya. Dia menyerahkan semua keputusan akhir hanya kepada Tuhan. Dia memohon kepada Tuhan supaya mereka tahu bahwa tangan Tuhanlah yang bergerak sehingga kutukan mereka justru akan menjadi berkat bagi pemazmur. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |