Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/09/28 |
|
Rabu, 28 September 2011
|
|
Judul: Stop sandiwara rohani Ironisnya, orang-orang ini tidak menyadari bahwa hidup mereka tidak berkenan kepada Tuhan. Mereka merasa hubungan mereka dengan Tuhan baik-baik saja karena mereka masih melakukan ritual yang Tuhan minta. Bisa jadi mereka cukup giat dan mengeluarkan banyak uang untuk ritual ini. Giatnya mereka dan persembahan itu dipandang memadai untuk memuaskan Tuhan. Sepertinya bukan Tuhan yang mereka coba puaskan, tetapi rasa bersalah yang ada dalam diri mereka. Dengan perayaan dan persembahan itu, mereka mencoba membeli rasa tenang dalam hidup sehingga mereka bebas melakukan apa yang mereka mau. Tuhan berpandangan lain. Ia menantang bangsa Israel untuk mengalihkan ibadah mereka dari upaya menenangkan diri sendiri menjadi sungguh-sungguh untuk menyenangkan hati TUHAN dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki: bukan ritual-ritual keagamaan melainkan tindakan nyata kepada sesama, kontribusi nyata dalam kehidupan bermasyarakat (16-17). Mari jujur kepada diri sendiri. Apakah sikap ibadah kita selama ini murni untuk menyembah Tuhan? Kalau ya, pasti ujud luarnya adalah kasih dan keadilan bagi sesama! Namun, kalau kita melakukan semua ibadah itu hanya agar merasa tenang, bebas dari rasa bersalah tak heran ibadah kita hanya sebatas ritual semata, tidak membuahkan hidup yang menjadi berkat buat sesama. Kalau demikian, Tuhan menantang kita hari ini: bertobatlah! Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |