Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/09/30 |
|
Selasa, 30 September 2014
|
|
Judul: Bagaimanapun, harus tunduk! Pasyhur bin Imer mewakili institusi keagamaan yang sangat mapan. Kehidupannya dikelilingi simbol-simbol keagamaan, mulai dari pakaian upacaranya hingga rangkaian liturgi yang harus diikuti seluruh rakyat, mulai dari peran di dalam tata ibadah hingga kehormatan publik yang dia peroleh karena status kerohaniannya. Maka, bukan hal yang luar biasa ketika Yeremia menyampaikan pesan kepada rakyat yang menggoyangkan kemapanan dirinya dan institusi yang ia wakili, ia bereaksi dengan keras. "Lagipula, siapa Yeremia? Memang ia keturunan imam juga (Yer. 1:1), tetapi bukankah ia berasal dari departemen yang berbeda? Apa yang ia tahu tentang kehidupan keagamaan pada skala ini? Biarlah ia mengurus apa yang menjadi urusannya sendiri, " mungkin demikian pikir Pasyhur. Dalam kehidupan bergereja, struktur dan posisi "pelayanan" bisa membuat kita terlena dan mengabaikan keakraban dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun komunal. Sebagai ganti Tuhan yang seharusnya kita layani, kita malah memfokuskan energi, pikiran, waktu, dan uang kita pada kelanggengan kepentingan kita dalam "pelayanan". Belajarlah dari kesalahan Pasyhur: ketika Tuhan memercayakan pelayanan-Nya, maka apa pun posisi kita dan betapa pun canggihnya struktur organisasi kita, semua itu tak lebih dari alat yang harus tunduk pada pimpinan Tuhan. Ketika orang Kristen terlibat di dalam organisasi, termasuk gereja, keakraban komunal pun perlu dibangun: seluruh struktur perlu dirancang agar senantiasa peka pimpinan Tuhan. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |