Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/10/05 |
|
Selasa, 5 Oktober 2010
|
|
Judul: Bijak bersikap Abisai, yang mendengar juga kutukan Simei, jadi gemas. Ia ingin sekali bisa menghabisi Simei (9). Namun Daud melarang Abisai. Bagi Daud, Simei bukanlah masalah besar karena saat itu ada masalah lain yang lebih besar, yaitu tindakan makar yang dilakukan oleh anaknya sendiri, Absalom (11). Lagi pula, siapa tahu Tuhan memang sedang ingin berbicara melalui Simei (10-11). Maka yang terpenting bagi Daud adalah perhatian Tuhan terhadap dirinya (12). Bijaksana sekali tanggapan Daud terhadap Simei. Ini berbeda dari tanggapannya terhadap Ziba, yang terkesan terburu-buru dan berat sebelah. Sikap bijaksana memang kita perlukan untuk menghadapi beraneka ragam sikap dan perlakuan orang terhadap kita. Ada yang memang bersikap tulus dan menunjukkan kasih dalam setiap tindakannya terhadap kita. Paling mudah menanggapi orang seperti ini. Karena tentu saja akan dengan mudah lahir keinginan untuk membalas kasih orang itu kepada kita. Namun bagaimana bila kita harus berhadapan dengan orang yang bersikap oportunis, seperti Ziba dalam bacaan kemarin? Kita telah belajar untuk bersikap bijak dan kritis. Jangan asal terima pendapatnya, tetapi kita pun tak boleh kehilangan keramahan kita. Dan berhadapan dengan orang seperti Simei, butuh kesabaran ekstra dan kepekaan. Tak perlu buru-buru emosi menanggapi orang seperti itu karena, siapa tahu, Tuhan memang ingin menegur kita melalui dia. Maka butuh hikmat Tuhan untuk menanggapi sikap-sikap orang di sekitar kita.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |