Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/10/05 |
|
Sabtu, 5 Oktober 2019 (Minggu ke-16 sesudah Pentakosta)
|
|
Kali ini Yesus menyampaikan perumpamaan tentang tamu yang berusaha duduk di tempat terhormat. Dalam perumpamaan-Nya, Yesus berbicara soal para tamu. Yesus mengatakan, apabila seseorang diundang, janganlah pertama-tama memilih duduk di tempat kehormatan. Akan tetapi, lebih baik orang itu memilih duduk di tempat paling tidak terhormat dan rendah. Sebab, jika ia duduk di tempat terhormat dan setelah itu tamu terhormat tiba, tuan rumah akan memintanya pindah. Dalam tradisi pesta perkawinan Yahudi, keluarga pengantin akan meminta seseorang menjadi pemimpin pesta yang dipercaya dan mengenal para undangan (bdk. Yoh. 2:9). Ia akan mengelola pesta perkawinan, seperti EO (event organizer) pada masa kini. Ia bertugas mengomunikasikan segala situasi kepada keluarga mempelai, termasuk jika tamu kehormatan datang. Kebanyakan orang cenderung memilih duduk di depan agar lebih dekat dengan mempelai. Yesus dalam perumpamaan ini mengajak setiap orang, sebagai undangan, untuk memilih duduk di belakang. Ketika pemimpin pesta melihatnya sebagai tamu terhormat, ia akan memberitahukan kepada tuan rumah yang akan menjumpai dan menyambutnya. Dengan mengajak ke depan, tuan rumah akan mempersilakan tamu tersebut duduk di tempat yang telah dikhususkan baginya. Artinya, sang tamu ditinggikan bukan karena posisi duduk, melainkan karena tuan rumah menyambut dengan hormat di depan mata banyak orang. Adegan ini disimpulkan Yesus dengan Firman: "Barang- siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang-siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (11).Perumpamaan ini disampaikan Yesus untuk menegur kita yang haus ingin dihormati. Mari kita buka hati kita untuk teguran ini supaya kita lebih rendah hati dan mau lebih dahulu memberi hormat kepada orang lain. Doa: Tuhan, ajarilah kami untuk selalu rendah hati, mendahulukan kepentingan orang lain, dan mengutamakan untuk menghormati daripada dihormati. [TP] Baca Gali Alkitab 5 Kita melihat kualitas sebuah pohon dari buahnya. Jika buahnya lebat dan enak rasanya, artinya pohon itu sehat. Sebaliknya, jika pohon itu tidak berbuah, apalagi dalam jangka waktu yang lama, maka ada yang salah dengan pohon itu. Kehidupan kita sebagai umat tebusan Allah pun mirip seperti pohon. Kehidupan rohani kita dinilai dari buah rohani yang kita hasilkan. Namun, ada kalanya di mana Allah berpanjang sabar dalam kemandekan pertumbuhan rohani kita. Ia memang memberi waktu kepada kita agar berbuah. Akan tetapi, kesabaran-Nya pun ada batasnya. Jika dalam jangka waktu tertentu "pohon ara" itu tidak berbuah, pohon itu akan dipotong juga. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |