Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/10/07 |
|
Kamis, 7 Oktober 2010
|
|
Judul: Dalam kehendak Allah Daud, yang tak segan menanyakan kehendak Allah, menemukan bahwa Tuhan terus menyatakan tuntunan-Nya. Kita melihat bagaimana doa dan rencana Daud masih terus berjalan. Setelah Husai berhasil membuat strateginya disetujui Absalom, ia bermaksud mengirimkan peringatan kepada Daud melalui Yonatan dan Ahimas (16-17). Hampir saja kedua orang itu ketahuan (18-20). Namun tampaknya mata Tuhan tidak berhenti mengawasi. Berdasarkan arahan Husai, Daud dan orang-orangnya kemudian menyeberangi sungai Yordan hingga tiba di Mahanaim (22, 24). Di sanalah Daud bertemu dengan orang-orang yang menolong dia (27-29). Bagaimana dengan Ahitofel, penasihat Absalom? Penulis 2 Samuel menyelipkan catatan kecil mengenai akhir hidupnya. Tampaknya bagi Ahitofel, tak ada jalan yang lebih baik selain mengakhiri hidup dengan menggantung diri (23). Tragis bukan? Apakah ia merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi sejak pemikirannya ditolak oleh Absalom? Apakah ia merasa putus asa dan kehilangan harga diri karena Absalom lebih mendengarkan nasihat Husai? Alkitab memang tidak menjelaskan hal itu. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Ahitofel cukup bijak untuk tahu bahwa di bawah rencana Husai, Absalom akan menemui kegagalan. Ia melihat bahwa Absalom akan kalah, dan semuanya akan berakhir sia-sia. Kepandaian dan strategi manusia memang tak ada gunanya bila tak ditujukan untuk pemenuhan kehendak Tuhan. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita tahu kehendak Tuhan bagi kita? Bila belum, selidikilah, karena keseluruhan hidup harus kita arahkan sepenuhnya bagi Dia, Sang Pemilik hidup.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |