Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/10/08 |
|
Jumat, 8 Oktober 2010
|
|
Judul: Akhir dari penentang Allah Akan tetapi, pasukannya melarang dia ikut bersama mereka (3). Mengapa? Mereka menganggap hidup Daud lebih berharga, apa lagi Daudlah incaran dalam peperangan itu. Maka adalah baik bila Daud tidak bersama mereka. Lagi pula Daud bisa mencarikan pertolongan bila diperlukan. Selain itu, mungkin saja akan sulit bagi Daud berperang melawan anaknya sendiri. Ini dapat menyulitkan yang lain. Dalam hal ini, kita melihat bahwa Daud bukanlah pemimpin yang hanya mau didengar. Ia tahu bahwa perlu juga mendengar nasihat yang baik dari orang-orang disekitar dia (4). Hanya saja Daud berpesan agar mereka tak melukai Absalom (5). Amanat Daud itu begitu dijunjung tinggi oleh seorang prajurit yang menemukan Absalom tergantung karena tersangkut di pohon tarbantin (9-10). Lalu ia melaporkan penemuannya kepada Yoab, komandannya. Yoab memarahi si prajurit karena tidak segera menghabisi nyawa Absalom (11). Tentu saja si prajurit mengemukakan alasannya (12-13). Maka dengan rasa gemas, Yoab mendatangi Absalom dan kemudian membunuh dia (14-15). Betapa mengenaskan akhir hidup putra raja itu. Padahal Yoablah yang mengatur amnesti bagi Absalom hingga dia dapat kembali ke Yerusalem. Hubungannya dengan ayahnya pun jadi pulih karena peran Yoab. Namun sungguh ironis, karena Absalom, si pemberontak, mati di tangan Yoab, orang yang memberontak terhadap amanat ayahnya. Tentu tak seorang pun menginginkan akhir hidup seperti yang dialami Absalom. Karena itu marilah bersama pemazmur kita menyatakan, "Aku berhasrat mentaati ketetapan-Mu sampai akhir hidupku." (Mzm. 119:112)
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |