Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/10/11 |
|
Jumat, 11 Oktober 2013
|
|
Judul: Tuhan, sang adil Dalam wujud hukum, mereka dapat mempermainkan hukum dengan harta mereka. Yang benar bisa menjadi salah dan yang salah bisa menjadi benar (21). Hukum seolah menjadi tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Tentu saja persoalan ketidakadilan ini dilihat dan didengar oleh Tuhan, yang Maha Adil. Untuk itu Ia berfirman, "Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat" (18). Maksudnya, Tuhan akan menegakkan keadilan untuk membebaskan yang tertindas. Keadilan itu didasarkan pada sifat Allah yang adil. Keadilan itu akan membawa hukuman dan kebinasaan bagi orang-orang yang mempermainkan hukum dan telah berlaku tidak adil terhadap sesamanya. Keadilan itu juga akan membawa kelepasan bagi orang-orang yang diperlakukan tidak adil. Tolok ukur keadilan Allah bukanlah semata-mata perbedaan antara si kaya dan si miskin, melainkan apakah orang itu benar atau salah. Keadilan Allah berpihak kepada orang benar, sehingga orang-orang benar (disebut juga "sisa yang kudus") akan bersorai dan memuji Tuhan (22-23). Mereka bersyukur karena Tuhan, Sang Adil, berpihak kepada mereka. Bila Tuhan demikian serius bersikap terhadap keadilan maka sebagai umat-Nya, kita pun tidak boleh bermain-main dengan keadilan. Maka berlakulah benar dan adil. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |