Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/10/14 |
|
Senin, 14 Oktober 2019 (Minggu ke-18 sesudah Pentakosta)
|
|
Ada orang yang mengatakan, uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Memang benar, untuk menjalani hidup ini kita membutuhkan uang. Akan tetapi, kalau hanya berfokus mengejar uang, kita akan kehilangan segalanya dan menuju kebinasaan. Orang kaya dalam perumpamaan ini adalah anak Abraham (24). Dengan status ini, ia merasa yakin kelak akan masuk surga. Namun, setelah kematian, ia malah berada di neraka. Pasalnya, ia tidak mengasihi Allah dan sesama. Sebaliknya, Lazarus adalah orang miskin. Selama hidup, ia menderita. Ia hanya bisa memohon pertolongan kepada Allah agar menikmati surga bersama Abraham. Yesus menujukan perumpamaan ini kepada orang-orang Farisi. Yesus melihat mereka sebagai pencinta uang yang tidak peduli kepada sesama. Namun, mereka selalu merasa benar dan merasa layak masuk surga karena klaim sebagai anak Abraham. Oleh sebab itu, Yesus menegur mereka. Yesus mengatakan sekalipun berstatus keturunan Abraham, jika masih mencintai uang dan tidak memiliki kasih, mereka akan berakhir seperti orang kaya tersebut. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa menjadi kaya itu dosa. Masalahnya adalah apakah kekayaan itu menguasai diri kita? Apakah kekayaan itu kita gunakan untuk memedulikan sesama dan mengasihi Tuhan? Alkitab selalu mengingatkan agar kita tidak terjebak dan tergoda oleh materi sehingga berakhir binasa. Sebab, jika tidak memprioritaskan Allah dan sesama untuk dikasihi, sesungguhnya kita sedang menuju kebinasaan. Belajar dari perumpamaan ini, mari kita tidak menikmati kekayaan bagi diri kita saja. Sebaliknya, harta adalah sarana menyatakan kasih kepada Allah dan sesama selama kesempatan masih ada. Jika diberi kekayaan, biarlah hati kita tidak terpaut padanya. Kita senantiasa harus terpaut kepada Allah dan mengasihi sesama. Doa: Tuhan, tolong aku mencintai-Mu lebih dari apa pun dan mengasihi sesama dengan hartaku. [ST]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |