Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/10/19 |
|
Minggu, 19 Oktober 2014
|
|
Judul: Sakit asmara Sebagian penafsir melihat perikop ini mirip dengan mimpi di pasal 3:1-5. Namun, kita bisa melihatnya sebagai suatu gambaran riil di mana ketegangan pernah terjadi di antara pasutri ini. Sesaat dalam kehidupan rumah tangganya, sang wanita tidur terpisah dari si suami. Mungkin karena ada masalah komunikasi, mungkin karena menemani anak yang masih balita. Sang suami mengetuk pintu kamar istrinya, mengajaknya bermesraan. Sang istri semula enggan, tetapi rayuan suami membangunkan hasratnya. Namun, ia tidak menjumpai sang suami yang keburu pergi. Hasrat yang sudah dibangunkan, menuntut pemuasan. Sang istri pun berlari, mengejar sang suami. Apa daya, yang ditemukan justru peronda yang memukulinya. Mungkin ini bukan pengalaman harfiah sang istri, melainkan pengalaman batiniah, sakit asmara. Rasa bersalah karena menolak suami, namun rasa membutuhkan seperti mengoyak tubuh dengan tarik-tarikan yang berlawanan arah. Dinamika seperti itu bisa saja terjadi dalam kehidupan pasutri. Yang penting, menyadarinya dan mengupayakan agar kemesraan itu kembali. Sekali lagi diperlukan usaha bersama dan saling mendukung demi terwujudnya kemesraan itu. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |