Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/10/19 |
|
Sabtu, 19 Oktober 2019 (Minggu ke-18 sesudah Pentakosta)
|
|
Tugas dan kewajiban seorang pemimpin bukanlah perkara yang mudah. Seseorang perlu mempersiapkan diri dengan berbagai kualitas tertentu agar layak menjalankan perannya sebagai pemimpin. Belum lagi jika kita berbicara mengenai harapan orang-orang yang dipimpin terhadap pemimpinnya. Semua ini menjadikan peran seorang pemimpin tidak bisa dipandang sebelah mata. Kiranya demikianlah gambaran dari bacaan kita pada hari ini. Mazmur 45 berisi sebuah harapan tentang gambaran ideal seorang pemimpin (Raja). Pemazmur melukiskan Raja sebagai sosok yang elok serta bersahaja. Namun di sisi lain, ia adalah pejuang gagah berani yang siap membela kerajaannya (3-4). Pemimpin dalam gambaran penulis mazmur adalah sosok yang mencintai kebajikan serta keadilan. Itu semua diarahkan untuk menuntunnya ke dalam perjuangan untuk menegakkan kemanusiaan (4-5). Semua pemimpin dalam mazmur-atau bagian lain di dalam Alkitab-adalah sosok manusia biasa. Kekuasaannya tidak datang dari diri mereka sendiri. Sumbernya berasal dari Tuhan. Allah memberikan kepercayaan kepada seseorang agar ia dapat memimpin dengan bijaksana, adil, benar, dan membawa manfaat positif bagi rakyatnya. Karena itu, seorang pemimpin adalah orang yang dekat dengan Allah. Sebab, Ia adalah Sang Pemberi mandat untuk memimpin. Sering kali, perasaan kita mengatakan bahwa kepemimpinan adalah soal diri, organisasi, dan kumpulan orang. Namun melalui bacaan hari ini, kita diingatkan tentang dua prinsip penting dalam kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan adalah soal perjuangan menegakkan kebajikan serta keadilan. Kedua, pemimpin juga seseorang yang selalu dekat dengan Allah, Sang Pemberi Mandat. Akhirnya, menjadi pemimpin bukan lagi soal pemuasan hasrat, melainkan pelayanan bagi Allah dan sesama. Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk menjadi pemimpin yang baik. Ajar kami untuk tetap berpegang pada ketetapan-Mu yang penuh kebajikan dan keadilan. [WN] Baca Gali Alkitab 7 Dalam keadaan terjepit, kerap kali kita merasa sendirian. Kita merasa Tuhan pergi menjauh dan meninggalkan kita. Jeritan yang kita naikkan dalam doa serasa mentok dan tidak sampai ke telinga Tuhan. Kita merasa sunyi dan sepi. Perasaan yang sama ternyata juga pernah dialami pemazmur. Ia meratap dan mengeluhkan kondisi yang sedang terjadi. Ia, sama seperti kita, pernah merasa bahwa Tuhan pergi meninggalkannya sendirian. Kali ini, kita akan belajar dari pengalaman pemazmur dalam menghadapi kenyataan getir ini. Kita akan melihat pergumulan batin yang dialaminya dan bagaimana caranya keluar dari segala pergumulan batin yang ada dalam dirinya. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |