Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/10/21 |
|
Sabtu, 21 Oktober 2017 (Minggu ke-19 sesudah Pentakosta)
|
|
Siapa yang kita andalkan? Pengalaman umat Allah menunjukkan bahwa mereka mengandalkan harta benda (7). Mereka juga terpengaruh pada bangsa sekitarnya sehingga menaruh kekuatan pada berhala-berhala (8). Di balik itu semua, mereka adalah orang yang mengandalkan diri sendiri (11). Padahal semuanya itu tidak berarti. Karena dalam sekejap saja Tuhan mampu melenyapkan apa yang dibanggakan dan diandalkan oleh manusia. Mengandalkan diri sendiri berawal dari kesombongan. Orang sombong merasa dirinya mampu melakukan segala sesuatu. Pernyataan nabi Yesaya menunjukkan bahwa kesombongan itulah yang menjadi akar persoalan. Berulang kali Yesaya menuturkan pokok kesombongan ini (11, 12, 17). Karena merasa diri mampu, umat seolah-olah merasa berhak menentukan hidupnya sendiri. Allah tidak lagi mereka pedulikan. Karena itu mereka bebas mengikuti bangsa-bangsa sekitar untuk memilih pada ilah mana mereka akan beribadah. Mereka juga tidak lagi peduli apakah tindakan mereka sesuai dengan kehendak Allah atau tidak. Allah membenci orang yang sombong. Karena itu mereka akan direndahkan. Kesombongan dilukiskan seperti pohon aras dan terbantin yang berdiri tegak seakan-akan siap menembus langit. Namun pohon itu dengan mudahnya dirubuhkan oleh kekuatan Allah (13). Manusia perlu mengingat bahwa keberadaannya bagaikan hembusan napas belaka (22). Walau kuda, emas, perak, dan lainnya (7) dicari dan dianggap penting dan dijadikan andalan dalam hidup ini, namun Yesaya menegaskan bahwa semua kebanggaan dan milik mereka akan lenyap seketika. Pada umumnya, kita berusaha mendapatkan apa yang dianggap paling berharga bagi dunia. Dengan segala usaha kita berusaha menggapainya, termasuk hal-hal yang di luar kehendak-Nya. Akibatnya kita melupakan kebaikan Tuhan. Pengalaman umat Israel menunjukkan bahwa mengandalkan manusia dan dunia akan membawa hidup kita berakhir dengan kekecewaan dan kebinasaan. [ASP] Baca Gali Alkitab 8 Salah satu ilah yang sering kali dicari dan diburu oleh manusia adalah harta dan kekayaan. Tidak heran jika kedua hal itu dijadikan patokan dalam meraih kesuksesan hidup. Dengan kekayaan, mereka dapat membeli apa pun yang diinginkan. Disadari atau tidak, martabat manusia pun dinilai berdasarkan harta dan kekayaan. Dengan demikian, manusia telah menggeser Tuhan sebagai Penciptanya dan mengangkat kekayaan sebagai tuhan yang baru dalam kehidupan mereka. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |