Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/10/25 |
|
Jumat, 25 Oktober 2013
|
|
Judul: Allah yang merespons doa Allah sudah berkata kepada Hizkia bahwa ia "akan mati, tidak akan sembuh lagi" (1). Namun karena Hizkia berdoa dan menangis dengan sangat (2-3), Allah kemudian memperpanjang hidupnya lima belas tahun lagi (5). Nah, apakah doa Hizkia mengubah kehendak Allah? Mari kita pikirkan dengan saksama.Ketika Allah menyatakan bahwa Hizkia akan mati, tidakkah Allah mengetahui bahwa Hizkia akan berdoa dan minta disembuhkan? Tidakkah Allah juga tahu apa yang akan Dia lakukan? Maka kita harus mengerti bahwa sebelum Allah mengatakan Hizkia akan mati, Ia telah menetapkan akan memperpanjang umur Hizkia. Jangan samakan apa yang dikatakan Allah dengan kehendak/keputusan Allah. Apa yang dikatakan Allah bisa merupakan kesempatan untuk bertobat. Jadi doa Hizkia tidak mengubah ketetapan Allah karena Allah sudah merencanakan untuk memperpanjang hidup Hizkia sebelum Hizkia berdoa. Doa Hizkia mengubah keadaan, tetapi tidak mengubah kehendak Allah. Allah yang kehendak-Nya tidak mungkin diubah manusia adalah Allah yang merespons doa umat-Nya (bdk. Yer. 18:7-10), tanpa harus berarti bahwa manusia dapat mengubah ketetapan Allah. Maka kita jangan jatuh pada kedua ekstrim tadi. Tentu tidak masuk akal jika kita sanggup membujuk Allah untuk memberikan apa yang kita kehendaki.Alkitab memang mengajar kita supaya berpikir paradoks (paradoks adalah hal-hal yang sepertinya bertentangan, tetapi sesungguhnya tidak). Maka kita harus dapat melihat paradoks dan tahu bahwa doa tidak mengubah kehendak Allah, tetapi Allah kita adalah Allah yang merespons doa-doa kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |