Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2009/10/26 |
|
Senin, 26 Oktober 2009
|
|
Judul: Jangan keliru memahami Allah Bagaimana perasaan Anda bila melihat orang yang tidak mengenal Tuhan, bahkan menghujat nama-Nya, memiliki hidup makmur dan berjaya, sementara anak-anak Tuhan hidup terhina seolah kena kutuk? Pada perikop ini, pemazmur mengungkapkan kegalauan hatinya karena apa yang ia yakini tentang Allahnya berbeda jauh dengan apa yang ia alami. Dia tahu Tuhan baik kepada anak-anak-Nya yang hidup tulus, tetapi apa balasannya? Ternyata kebersihan hati dan perilaku salehnya tidak mendapatkan balasan kebaikan, malah sepertinya ia sedang dihukum Tuhan (ayat 13-14). Sementara mereka yang tidak mengenal Tuhan terlihat diberkati dengan begitu limpah (ayat 4-5, 12). Padahal merekalah yang hidup penuh dosa melakukan berbagai perbuatan yang melawan Allah dan hukum-Nya. Sikap mereka sombong seakan Allah tidak akan tahu segala kejahatan mereka. Pemazmur mengakui bahwa ia hampir saja menyangkali Tuhan karena kecemburuannya terhadap keberuntungan orang berdosa (ayat 2-3). Apa sebenarnya kekeliruan pemazmur sehingga hampir jatuh? Pemazmur mengukur Tuhan dengan memakai ukuran dunia. Bahwa kalau ia melakukan berbagai hal yang baik maka Tuhan wajib memberkatinya. Ini sama sekali keliru. Berbuat baik adalah kewajiban manusia ciptaan Tuhan. Jadi kalau berbuat baik lalu mengharapkan upah, kita akan terjebak dengan cara-cara dunia. Bukankah orang fasik juga berupaya keras untuk mendapatkan berkat dengan cara mereka sendiri. Mereka mencuri, merampas, menfitnah demi keuntungan sendiri, dan mereka mendapatkan apa yang mereka cari, yaitu berkat! Syukur pemazmur segera disadarkan dari cara berpikir yang keliru dan fatal ini. Di perikop berikut, pemazmur memaparkan dengan gamblang bahwa Tuhan tetap setia dan adil. Kalau Anda sedang mengalami apa yang pemazmur alami dan rasakan, jangan buru-buru mengambil kesimpulan bahwa Tuhan tidak baik atau tidak berdaulat.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |