Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/10/26 |
|
Selasa, 26 Oktober 2010
|
|
Judul: Prinsip pembangunan gereja Kesungguhan Salomo membangun Bait Allah tak hanya terlihat dari upayanya menyediakan bahan bangunan yang terbaik dan orang-orang yang ahli membangun. Ia juga serius mengikuti aturan-aturan yang terdapat dalam Kel. 26:33-34 (bdk. 2Taw. 3:8) tentang pembuatan ruang maha kudus, Kel. 25:18-20 (bdk. 2Taw 3, 10-13) tentang pembuatan kerub-kerub dan Kel. 26:31 (2Taw. 3:14) tentang pembuatan tabir. Dari sini kita bisa melihat bagaimana Salomo mengembalikan pemahaman umat pada peraturan yang benar tentang peribadatan. Ini penting agar maksud mendirikan tempat ibadah tidak tercemari, sehingga bangsa Israel kembali mendekat pada Tuhan dan beribadah dengan cara yang benar pula. Hal ini penting untuk kita perhatikan ketika ingin membangun gereja. Tak perlu membangun gereja seperti hasil rancangan Salomo, tetapi kita bisa meneladani prinsip-prinsip pembangunan bait Allah, yaitu memberikan materi, tenaga, dan pikiran yang terbaik untuk pekerjaan pembangunan. Kita juga harus membangun dengan memperhatikan aturan-aturan yang ada. Sekalipun konteks kita saat ini berbeda dengan konteks Salomo, tetapi kita tidak bisa menjadikan pendirian rumah Tuhan dengan menghalalkan berbagai cara. Sungguh ironis bila pembangunan tempat ibadah dimulai dengan sikap-sikap yang melanggar peraturan atau menggunakan cara-cara yang tidak berkenan dihadapan Allah. Memang tidak mudah, tetapi memulai pekerjaan bagi Tuhan memerlukan kejujuran, ketulusan, dan kepatuhan terhadap firman Tuhan, sehingga tidak akan mencemari maksud kita untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |