Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/10/26 |
|
Minggu, 26 Oktober 2014
|
|
Judul: Memuji suami dengan tulus Kalau kita hubungkan puisi ini dengan puisi sebelumnya di mana sang istri sakit asmara (5:8), maka sakit asmara itu justru berfungsi untuk memaksakan perhatian istri kepada pasangannya. Dengan sengaja, sang istri mengungkapkan pujiannya yang tulus akan kegagahan suaminya. Berharap sang suami tersanjung dan tergoda untuk kembali pada keintiman semula. Bahkan kalau boleh, keintiman yang semakin dihargai oleh karena penghalang-penghalang yang harus berani diterobos! Ya, keintiman bukan lagi sesuatu yang dianggap dari sononya (dalam Bahasa Inggris, take it for granted), melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan, dihidupkan, bahkan kalau perlu dengan mengurbankan hal lain, yang mungkin penting, tetapi tidak fundamental. Justru keintiman yang diperbarui menjadikan suami dan istri lebih lekat satu sama lain, lebih berani berkomitmen bahwa “Aku kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku kekasihku” (6:3). Sudahkah Anda memuji pasangan Anda hari ini? Fokuslah pada hal yang baik yang dapat Anda lihat pada pasangan Anda. Jangan hanya mencari-cari hal-hal jelek untuk dikritik. Mulailah dengan tulus katakan betapa Anda mencintainya dan ingin membahagiakannya. Lalu, lakukan sesuatu untuk mewujudkannya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |