Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/10/26 |
|
Senin, 26 Oktober 2015
|
|
Judul: Pergumulan Mendatangkan Kedewasaan Dalam keadaan penuh masalah, Ayub jujur bergumul di hadapan Tuhan. Sebagai manusia beriman, ia bergulat dengan serangkaian emosi yang wajar, sementara juga berupaya merekonsiliasikan pemahamannya tentang Tuhan dengan pengalaman hidupnya. Melalui seluruh pengalaman ini, iman bertumbuh menjadi dewasa. Saat yang sama, Ayub tetap orang beriman, tetapi ia bukan lagi Ayub yang kita jumpai pada awal kitab ini, sebab ia sudah diperbarui oleh Tuhan. Sementara itu, teman-teman Ayub hanya memiliki keyakinan kepada Tuhan yang konseptual. Artinya, Tuhan yang mereka pahami adalah Tuhan yang berupa konsep, ajaran-ajaran yang baku, sebuah kumpulan ide-ide yang diajarkan turun-temurun namun tidak pernah mereka alami secara pribadi. Tidak heran apabila kepercayaan iman mereka datar, karena mereka tidak diubahkan oleh penderitaan dan pergumulan Ayub. Ayub hingga akhirnya tetap mempertahankan ketidakbersalahannya. Saat bersamaan, ia tetap beriman bahwa Tuhan akan bertindak menempatkan semuanya pada tempatnya. Ayub tidak mengatakan bahwa orang benar pasti hidupnya sukses dan senang. Tetapi, dia meyakini bahwa orang fasik akhirnya akan mendapatkan ganjaran setimpal dari Tuhan. Bisa jadi orang fasik mengalami kesuksesan dalam keluarga (27:14), dalam bisnis (27:16), dalam kenyamanan hidup (27:19). Ayub meyakini, bahwa pada akhirnya semua itu hanya bersifat sementara dan akan berlalu. Perhatikanlah bahwa Ayub sudah tidak memiliki kriteria-kriteria yang kaku. Ia membuka ruang yang luas bagi keterbatasan pengetahuannya dan kemahakuasaan Tuhan. [AKI]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |