Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/10/29

Senin, 29 Oktober 2012

Yesaya 25:6-12
Tuhan, Allah semua bangsa

Judul: Tuhan, Allah semua bangsa
Yerusalem, atau disebut juga Sion atau gunung Sion, dalam pengakuan iman umat Perjanjian Lama adalah pusat pemerintahan dan peribadatan umat Israel secara keseluruhan. Bait Suci di bangun di sana. Bait Suci menurut iman mereka disebut sebagai Tempat Kediaman Allah, Tempat Allah Bertakhta. Untuk itulah Bait Suci biasanya juga disebut sebagai Bait Allah. Di Bait Suci, di Yerusalem, Tuhan menjadi Allah dan Raja bagi umat Israel.

Namun saat Yesaya hidup dan berkarya, oleh karena situasi politis raja Yehuda, Bait Suci bukan lagi menjadi Bait Allah melainkan Bait Politis. Persekongkolan politis justru terjadi di Bait Suci. Tuhan dianggap bukan Raja atas Israel. Raja Yehuda sangat berkuasa dan menguasai Bait Suci. Imam Besar berada di bawah kekuasaan raja dan dia harus tunduk pada keputusan raja. Oleh karena itulah nabi Yesaya memberitakan, bahwa pemulihan akan ditegakkan melalui hukuman yang akan menimpa Yehuda pada khususnya dan bangsa-bangsa di dunia pada umumnya.

Di Sion nama Allah akan kembali ditegakkan. Di sanalah tempat Tuhan bertakhta sebagai Raja atas Israel. Namun kemudian teologi tentang "Tuhan adalah Raja Israel yang bertakhta di Sion" tidak lagi menjadi teologi yang eksklusif, melainkan telah menjadi teologi yang inklusif. Semula memang dipahami bahwa Tuhan hanya menjadi Raja bagi umat Israel secara eksklusif. Namun inti iman ini berkembang menjadi teologi yang inklusif.

Jika Tuhan ‘membuka tangan-Nya’ menerima bangsa-bangsa lain untuk memberikan keselamatan-Nya pada mereka juga, mengapa kita ‘menutup tangan’ dan bersikap tidak peduli? Kita malah membangun sekat-sekat dan membangun tembok untuk membentengi diri. Sekat-sekat itu membatasi kita dalam relasi kita dengan orang lain dan menghalangi kita untuk melihat keberadaan orang lain mereka sehingga kita justru sulit menjadi berkat. Sekat-sekat itu mungkin adalah kesombongan, kemalasan, keegoisan, atau ketakutan yang berlebihan. Bukankah itu bertentangan dengan kehendak Tuhan? Kiranya melalui kita, Tuhan dikenal dan dimuliakan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/10/29/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org