Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/10/29 |
|
Sabtu, 29 Oktober 2022 (Minggu ke-20 sesudah Pentakosta)
|
|
Ketaatan yang Tuhan minta adalah ketaatan menurut apa yang Tuhan perintahkan, bukan ketaatan semu menurut pemikiran kita sendiri. Setelah Tuhan menyatakan murka kepada umat yang tidak mau masuk ke Kanaan, umat pun menyatakan bahwa mereka telah berbuat dosa (41). Mereka juga menyatakan bahwa mereka mau maju berperang, menurut segala yang diperintahkan Tuhan kepada mereka (41b). Namun, Tuhan sudah murka dan berfirman kepada umat, "Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang, sebab Aku tidak ada di tengah-tengahmu, nanti kamu terpukul kalah oleh musuhmu" (42). Walau Musa sudah menyampaikan firman Tuhan, umat kembali menentang titah Tuhan; mereka berlaku terlalu berani dan maju ke arah pegunungan (43). Tidak mengherankan, ketika orang Amori menyerang, umat dengan cepat berlari, mereka dikejar dan dengan mudah dikalahkan (44). Umat pulang, menangis di hadapan Tuhan, tetapi Tuhan tidak mau mendengarkan mereka (45). Memang sepertinya apa yang dilakukan umat adalah ketaatan, karena mereka kemudian mau berangkat untuk bertempur dengan orang Amori. Tetapi, kenyataannya adalah Tuhan sudah tidak mau menyertai mereka dan menyuruh mereka untuk tidak pergi. Karena itu, ketika umat maju bertempur, dikatakan mereka "menentang titah TUHAN" (43), seperti sebelumnya ketika mereka tidak mau bertempur (26). Apa yang umat lakukan sekarang adalah ketaatan semu, kelihatannya taat, tetapi sesungguhnya merupakan ketidaktaatan. Ketaatan yang Tuhan kehendaki adalah ketaatan sesuai dengan titah Tuhan, bukan yang berbeda, apalagi menentang titah Tuhan. Ingat, Tuhan berkata, "Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku" (lih. Yes. 55:8). Melakukan ketaatan seperti yang kita pikirkan mungkin sekali berbeda dengan ketaatan yang diinginkan Tuhan. Itu artinya apa yang kita lakukan bukan ketaatan sejati, melainkan ketaatan semu. Mari kita belajar untuk menaati apa yang Tuhan inginkan, bukan lagi apa yang kita inginkan. [INT] Baca Gali Alkitab 9 Ketika bangsa Israel berkeinginan untuk maju berperang, Allah justru melarang mereka. Alasannya, karena Tuhan tidak menyertai mereka dalam peperangan tersebut. Allah bukan hanya memberikan peringatan, tetapi juga memberitahukan apa yang akan terjadi apabila mereka bersikeras untuk maju berperang. Ironisnya, umat Israel mengabaikan apa yang Allah katakan dan lebih memilih untuk maju berperang. Akibatnya, bangsa Israel kalah dan mereka meratapi kesalahannya di hadapan Allah. Dari kisah tersebut, kita belajar bagaimana bangsa Israel mengeraskan hati mengabaikan larangan dan perintah Tuhan. Tindakan mereka memperlihatkan sikap perlawanan dan pemberontakan terhadap Allah, sekalipun larangan itu telah diucapkan Allah. Peristiwa itu semestinya menjadi pelajaran penting sekaligus peringatan bagi kita. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |