Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/11/04 |
|
Rabu, 4 November 2015
|
|
Judul: Jalan Kebenaran vs Jalan Kemurtadan Pengamsal menunjukkan perbandingan antara orang yang bijaksana dengan orang bodoh. Perbandingan ini ditunjukkan secara jelas, yaitu ketika orang bijak mengabaikan cemooh, orang bodoh akan menyerukannya (16). Saat orang bijak mengatakan kebenaran yang adil, orang bodoh akan mengucapkan tipu daya (17). Orang bijaksana menyembunyikan pengetahuannya, sedangkan orang bodoh menyeru-nyerukan kebodohannya (23). Kesimpulannya, kehidupan hanya ada di jalan kebenaran. Sementara jalan kemurtadan akan membawa kepada maut (28). Roma 3:23 menegaskan upah dosa adalah maut. Karena itu, kita bisa menarik satu garis penjelasan bahwa jalan kemurtadan akan mengarah kepada jurang maut. Apakah jalan kemurtadan ini? Yaitu jalan yang diatur dan diukur menurut pertimbangan sendiri tanpa melibatkan Allah dalam kehidupannya (bdk ay. 1). Inilah jalan yang tidak mengikuti arahan Yesus Kristus (Yoh. 14:6). Sering kali kita tidak mau mendengarkan nasihat yang baik. Jika nasihat itu benar, mengapa kita tidak siap membuka telinga? Ketika kita hanya mau mengikuti jalan hidup tanpa mau melibatkan Tuhan, di situlah kita mengalami kejatuhan. Pengamsal mengajak kita mengambil sikap seperti yang tertulis dalam Maz. 100:3, "Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya." Sudahkah kita mengakui Dia sebagai Pencipta, Gembala, dan Pemilik hidup kita sepenuhnya? [IBS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |