Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2020/11/07 |
|
Sabtu, 7 November 2020 (Minggu ke-22 sesudah Pentakosta)
|
|
Kesombongan sering kali menjadi pemisah dalam sebuah relasi. Sebab, kesombongan membuat kita merasa lebih baik daripada orang lain. Ironisnya, manusia berani menyombongkan diri di hadapan Allah Yang Mahakuasa dan Empunya segalanya. Jadi, tidaklah mengherankan jika dikatakan bahwa kesombongan manusia mendahului kejatuhannya di dalam dosa. Kesombongan itulah yang dilakukan oleh penduduk Tirus dan Sidon sehingga Allah menghukum mereka (9). Kedua kota ini maju, menjadi pusat perdagangan, dan memiliki pelabuhan terbesar pada masa itu. Kehidupan penduduknya sangat sejahtera karena memiliki kekayaan besar. Sayangnya, kekayaan itu hanya sebatas materi, tidak diikuti dengan kekayaan moral.Hati dan perbuatan mereka penuh dengan kejahatan. Tidak heran jika banyak nabi yang diutus Allah untuk menegur mereka. Misalnya, Yeremia, Yehezkiel, Yoel, Amos, Zakharia, dan termasuk Yesaya. Tujuannya supaya mereka bertobat dan terhindar dari penghukuman Allah. Namun, mereka tidak mau mendengarkan teguran itu. Mereka justru semakin tenggelam dalam kejahatan dan tidak mau bertobat. Akibatnya, Allah menyatakan penghukuman-Nya. Allah tidak menyukai kesombongan. Sebab, hal itu merusak atau memisahkan relasi antara kita dengan-Nya. Oleh sebab itu, marilah kita mencoba memeriksa hati dan mengevaluasi diri. Adakah kesombongan dalam hati kita? Adakah kita menyadari bahwa kita mulai tidak melibatkan Allah dalam rencana hidup kita? Apakah kita tidak pernah lagi melibatkan Allah dalam mengambil keputusan penting dalam hidup kita? Apakah kita sudah merasa mampu mengatasi semua persoalan hidup seorang diri saja dengan kekuatan dan kemampuan diri sendiri? Jika ya, mari kita mohon ampun pada Allah dan bertobat, sebab itu adalah tanda dan bentuk kesombongan kita. Sesungguhnya, kita lemah dan tidak berdaya tanpa pertolongan Allah. Oleh karena itu, mari kita tinggalkan kesombongan dan bergantung penuh kepada-Nya. [ABL] Baca Gali Alkitab 1 Tuhan adalah penguasa alam semesta. Kejadian 1 menunjukkan kepada kita bahwa Dia adalah pencipta segala sesuatu. Oleh karena Tuhan adalah sumber realitas kita, maka tidak ada kekuatan lain yang lebih berkuasa daripada-Nya. Prinsip ini mengajarkan kepada kita agar jangan pernah menyombongkan diri di hadapan-Nya. Kali ini, kita akan belajar dari pengalaman Babel. Pada masa Yesaya, mereka adalah sebuah kerajaan adikuasa. Peradaban dan kemajuan teknologi mereka jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain pada saat itu. Namun, tidak ada yang menyangka bahwa segala kecanggihan itu bukan jaminan kalau Babel tidak akan runtuh. Dari penglihatan yang diterimanya, Yesaya menubuatkan kehancuran Babel. Oleh karena itulah, melalui nas ini kita akan belajar, kira-kira apa faktor dominan yang membuat kerajaan Babel runtuh? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |