Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/11/08 |
|
Senin, 8 November 2010
|
|
Judul: Belajar dari pengalaman Penyerangan ini menimbulkan efek yang dahsyat bagi Rehabeam dan penduduk Yerusalem. Perbendaharaan dalam rumah Tuhan dan juga perisai-perisai yang dibuat Salomo dirampas (9). Kekalahan demi kekalahan dialami oleh Yehuda. Tentu saja ini menjadi pukulan telak yang menyakitkan bagi Rehabeam. Semua terjadi karena Tuhan murka atas ketidaksetiaan mereka. Murka Tuhan barulah surut ketika Rehabeam merendahkan diri dan ketika Tuhan melihat ada hal-hal baik yang dilakukan di Yehuda (10-12). Pintu ampunan-Nya tetap terbuka bagi umat yang menyesali dosa-dosanya dan kembali kepada-Nya. Dari kisah yang dituturkan dalam perikop ini, paling tidak ada tiga hal yang dapat kita dapat renungkan. Pertama, Tuhan selalu memberkati orang-orang yang taat dan setia kepada-Nya. Kedua, ketika berubah setia, Tuhan tidak segan-segan menjatuhkan hukuman atas umat-Nya yang berubah setia. Ketiga, pengampunan Tuhan sediakan apabila umat-Nya berbalik dan mau merendahkan diri di hadapan-Nya. Tuhan tidak pernah main-main. Ia juga tidak suka dipermainkan oleh umat-Nya. Apa yang Ia katakan pada Salomo (2 Taw. 7:17-20), Ia buktikan. Siapa yang tetap taat dan setia pada Tuhan akan diberkati, sedangkan yang meninggalkan Tuhan akan mengalami malapetaka dan kehancuran. Kita tentu tidak mau mengalami apa yang telah dialami oleh Rehabeam dan bangsa Israel. Bertobatlah sebelum hukuman Tuhan datang atas kita. Selagi kesempatan itu masih terbuka, mari kita menunjukkan ketaatan dan kesetiaan pada Tuhan, dengan melakukan apa yang diajarkan oleh Tuhan pada kita. Bergegaslah sebelum terlambat!
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |