Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/11/09 |
|
Jumat, 9 November 2012
|
|
Judul: Sahabat dikala duka Lebih lanjut Bildad mencoba meyakinkan Ayub tentang pendapatnya itu dengan memberikan beberapa gambaran. Gambaran yang pertama adalah tentang tumbuhan yang tidak bisa hidup tanpa air sebagai sumber hidup dan pertumbuhannya (11-13). Dengan gambaran itu, Bildad ingin mengatakan bahwa Ayub telah meninggalkan Tuhan sebagai sumber hidup dan berkat. Karena itu Bildad menasihati temannya untuk tidak melupakan Tuhan. Dengan analogi jaring laba-laba (14-15), Bildad ingin mengingatkan Ayub bahwa Ayub telah begitu tergantung pada harta miliknya dan bukan tergantung kepada Allah. Sementara gambaran tentang tumbuhan di taman (16-19) ingin membandingkan Ayub dengan tumbuhan yang dicabut dari akarnya dan akan digantikan oleh tumbuhan lain. Nasihat Bildad tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya dialami oleh Ayub. Teori bahwa penderitaan selalu disebabkan oleh dosa justru memperlihatkan betapa sempit pemikiran Bildad. Orang-orang yang menderita seperti Ayub, justru tidak mendapatkan penghiburan dan penguatan dari kalimat-kalimat yang terkesan sok tahu seperti itu. Sayang sekali sikap Bildad jauh dari simpati. Memberi pandangan boleh-boleh saja, tetapi menyamaratakan pengalaman hidup orang tidak selalu menghasilkan masukan yang tepat guna. Maka selami dulu hidupnya dan pahami dulu masalahnya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |