Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/11/09 |
|
Kamis, 9 November 2017 (Minggu ke-22 sesudah Pentakosta)
|
|
Kembali kepada nubuat Yesaya tentang tibanya saat yang penuh kedamaian. Kedamaian itu akan dihadirkan oleh seorang raja yang tunasnya berasal dari Isai, ayah Daud (1). Raja ini akan dikuasai oleh Roh Tuhan (2-3). Pemerintahannya akan berlangsung dengan benar dan adil (4-5). Kedamaian yang dibawa raja itu merujuk pada keadaan tanpa permusuhan. Pada waktu itu seluruh ciptaan Tuhan akan hidup berdampingan dengan baik (6-8). Gambaran ideal tentang kehidupan tersebut mengacu pada kisah kehidupan di Taman Eden karena semua makhluk hidup bersama di sebuah tempat yang indah. Pada waktu itu, serigala-domba, macam tutul-kambing, lembu-singa, dan sebagainya akan hidup berdampingan secara damai. Bahkan seorang anak kecil mampu bermain bersama dengan hewan-hewan buas itu. Semua hewan digambarkan makan rumput sehingga tidak ada hewan yang memangsa sesamanya. Hal itu akan terjadi saat seorang raja keturunan Isai, ayah Daud, berkuasa. Di bawah kepemimpinannya, para penduduk negeri akan menikmati keindahan firman Allah dan hidup dalam kekudusan-Nya. Pertanyaannya adalah kapan kehidupan yang penuh kedamaian itu akan terwujud? Jawabannya adalah jika tunas Isai sudah bertumbuh dan berbuah (1). Di sini terlihat adanya proses pertumbuhan yang ditandai dengan perjuangan menghadirkan hikmat, pengertian, nasihat, keperkasaan, dan pengenalan takut akan Tuhan (2-3). Dalam sejarah manusia, kekristenan telah mengimani Yesus sebagai tunas dari Isai. Kehadiran-Nya di dunia ditandai dengan pujian dari para malaikat yang menyerukan "Damai sejahtera hadir di bumi" (Luk. 2:14). Sekalipun Yesus sudah datang, adakah kedamaian di bumi? Kenyataannya adalah konflik dan kekerasan masih saja terjadi. Persoalannya terletak pada kurangnya kesadaran orang percaya untuk berjuang mewujudkan kedamaian Allah dalam dunia yang tercemar oleh dosa. Banyak orang percaya terlalu sibuk dengan diri sendiri dan melupakan kewajibannya sebagai agen perdamaian. [ASP]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |