Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/11/13 |
|
Sabtu, 13 November 2021 (Minggu ke-24 sesudah Pentakosta)
|
|
Sebagai orang percaya, kita pasti telah banyak mendengar tentang definisi doa. Salah satu definisi yang paling terkenal adalah "doa adalah napas hidup orang percaya" menurut Martin Luther. Memang, sebagai orang Kristen, sudah sepatutnya kita selalu berdoa, tetapi doa seperti apa yang dimaksud? Dalam nasihat Paulus kepada Timotius, dia menjelaskan apa yang harus dinaikkan dalam doa (1). Pertama, permohonan. Tidak bisa dipungkiri bahwa doa tentu berawal dari adanya kebutuhan dan keinginan, meskipun doa tidak hanya sebatas itu. Tetapi, Tuhan mau agar kita membawa permintaan kita kepada-Nya. Kedua, doa syafaat, yakni doa yang mencakup semua aspek kehidupan. Ketiga, ucapan syukur. Doa tidak hanya berisi permohonan, tetapi juga ucapan syukur kepada Allah atas segala sesuatu yang kita terima. Namun, tiga isi doa ini harus ditujukan untuk siapa? Doa-doa tersebut harus ditujukan untuk raja-raja dan semua pembesar (2). Ini berarti Timotius tidak boleh hanya berdoa bagi diri sendiri dan jemaat saja, tetapi untuk semua orang, bahkan tidak menutup kemungkinan bagi bangsa-bangsa lain. Sebab Allah menghendaki agar kita dapat hidup tenang; dan agar semua orang diselamatkan dan memperoleh kebenaran Allah, bukan hanya orang Yahudi, melainkan juga orang non-Yahudi (2, 4). Tentu nasihat Paulus kepada Timotius itu masih berlaku bagi kita sampai saat ini. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan dari kita masih kurang dalam hal berdoa. Terlebih lagi kita sering berdoa hanya bagi diri sendiri dan orang-orang yang kita kasihi. Kita kurang peduli kepada tujuan Allah bagi semua orang; kerap kali kita lebih berfokus kepada tujuan kita sendiri. Oleh sebab itu, mulailah kita belajar berdoa bagi orang lain, bagi pemerintah dan bangsa ini. Kita juga perlu berdoa bagi orang-orang yang sepertinya tidak ada kaitannya dengan kita, yakni bagi bangsa-bangsa lain. Bahkan lebih jauh dari itu, kita perlu belajar berdoa bagi bangsa-bangsa yang selama ini kita benci. Panjatkanlah permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur bagi mereka semua. Dengan begitu, kita dapat mencapai tujuan yang Allah kehendaki, ketimbang tujuan kita sendiri. [SDL] Baca Gali Alkitab 2 Ketika kita berhasil melewati masa sulit dan menikmati hasil yang baik, rasanya sungguh melegakan. Kita merasa begitu berterima kasih. Kita pun bertekad untuk tidak melupakan segala perjuangan di masa lalu supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa sekarang. Biasanya kita membayangkan situasi seperti ini dalam konteks karir atau rumah tangga. Bagaimana dengan kehidupan rohani kita? Pernahkah kita jatuh-bangun dalam membangun iman kepada Tuhan Yesus dan membuat tekad untuk menjadi lebih baik? Atau jangan-jangan kita lewati begitu banyak pengalaman bersama Tuhan hanya untuk melupakannya begitu saja? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |