Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/11/14 |
|
Kamis, 14 November 2013
|
|
Judul: Kedaulatan Allah Kalau begitu, apa hubungan bagian ini dengan bagian sebelumnya? Bagian ini berbicara tentang hak Allah sebagai Pencipta dan Pemilik. Allah berhak mengatur ciptaan dan milik-Nya sepenuhnya dan semau-Nya. Ilustrasi yang digunakan ialah tanah liat di tangan penjunan (9), juga anak terhadap orang tua (10). Tanah liat tidak bisa mempertanyakan apalagi mengatur penjunan, bejana macam apa yang harus dibuatnya. Sebagaimana ciptaan tidak berhak untuk mempertanyakan karya sang pencipta, atau seorang anak menggugat orang tuanya mengapa melahirkannya, demikian umat Israel tidak berhak untuk menanyakan dan mempersoalkan hak Allah ketika Ia menggunakan Koresh untuk kepentingan-Nya, apalagi ujungnya untuk kepentingan mereka (11-13, 17-19). Allah juga berhak menentukan bagian yang akan diterima Koresh pada saat ia menjalankan kehendak Tuhan (14-16). Kita belajar bahwa ternyata kedaulatan Tuhan ditujukan untuk kepentingan umat-Nya. Rencana-Nya tidak bisa dibatalkan dan selalu terbaik untuk umat-Nya. Apa yang Allah lakukan untuk umat-Nya dahulu, juga berlaku untuk umat-Nya sekarang. Oleh karena itu, jangan pernah bertanya mengapa kepada pengaturan Tuhan, sebaliknya belajar percaya dan bersandar penuh kepada-Nya. Senantiasa ingat bahwa Allah bekerja untuk kebaikan orang-orang yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |