Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/11/21 |
|
Rabu, 21 November 2012
|
|
Judul: Perpuluhan+dosa = sia-sia+hukuman Amos mengecam kehidupan bangsa Israel melalui dua nas yang terpisah. Ayat 1-3, para wanita kalangan atas di Samaria dikecam karena gemar memeras dan menindas orang-orang yang lemah, dan bahkan sigap mengajak suami mereka untuk menghidangkan minuman keras dan berpesta-pora. Hukuman bagi mereka sudah jelas, yaitu turut binasa bersama kehancuran kota Samaria. Di ayat 4-5, yang juga bersambungan dengan ay. 6-13, Amos menyindir kehidupan seluruh bangsa Israel Utara yang tidak konsisten: mereka rajin memberi persembahan dan perpuluhan, tetapi rajin juga berbuat dosa. Mereka hanya setia pada formalitas ibadah yang dibatasi ritus-ritus kesalehan dan persembahan. Sebaliknya, dasar etis tentang kehidupan sebagai umat Allah yang kudus justru dibuang jauh-jauh dari kehidupan sehari-hari mereka. Bagi Allah, yang seperti ini layak diganjar hukuman! Nas ini menjadi peringatan bagi kita. Setiap orang Kristen semestinya menghayati teologi persembahan yang tepat. Persembahan adalah ungkapan syukur kepada Allah atas berkat-berkat yang Ia berikan melalui pekerjaan yang dilakukan di dalam kebenaran dan kekudusan. Persembahan tidak lepas dari kehidupan orang yang memberi persembahan. Nasihat Paulus memerintahkan kita agar mempersembahkan tubuh sebagai ibadah sejati (Rm. 12:1). Jika kerja dan hidup diwarnai dosa, bagaimana mungkin hidup kita bisa menjadi persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada-Nya? Jika demikian, kita sama saja dengan orang Samaria yang merasa saleh, tetapi kemudian dijatuhi hukuman Allah. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |