Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2007/11/22 |
|
Kamis, 22 November 2007
|
|
Judul : Pakai ukuran firman Agur bin Yake meneruskan nasihatnya yang didasarkan pada pengenalan yang tepat akan Allah. Secara negatif ia memperhatikan kehidupan di dunia ini yang masih mengukurkan diri dengan ukuran dunia dan bukan ukuran Tuhan. Akibatnya adalah kehidupan yang tak pernah benar-benar puas (ayat 15-16). Kapan seseorang bisa merasa cukup, kalau ia membandingkan diri dengan orang lain? Rasa cukup sejati hanya ada pada Tuhan, sumber kepuasan hidup sejati. Hal apa yang sama dari keempat hal yang mengherankan dalam ayat 18-19? Tiga hal pertama berbicara mengenai penjelajahan tanpa meninggalkan jejak. Bagaimana menghubungkan kesamaan itu dengan jejak pria dan wanita? Jawabannya ada pada ayat 20. Seorang pelacur melakukan perzinaan persis seperti ia menyantap makanannya, begitu selesai begitu pula berlalu tanpa kesan. Tidak ada jejak, tidak ada bukti bahwa ia baru saja makan (berzina). Ini suatu gambaran yang mengerikan dari kehilangan hati nurani dan rasa bersalah setelah berselingkuh. Masih secara negatif, Agur menilai empat hal yang tidak tepat (ayat 21-23). Ketidaktepatan itu harus dilihat bukan dalam konteks demokrasi, tetapi lebih kepada konteks keserasian dan keharmonisan dalam satu sistem masyarakat. Meminjam istilah politik stabilitas nasional, stabilitas tercapai kalau sistem yang tepat diterapkan, setiap orang menilai dan menempatkan diri secara tepat dan proporsional. Tentu penilaian tepat tidaknya, sekali lagi jangan memakai ukuran manusia, melainkan firman Allah. Akhirnya, Agur juga menyediakan dua pengamatan positif terhadap kodrat alam yang masih normal sebagai ilustrasi pembelajaran bagi orang-orang yang mau belajar hikmat (ayat 24-31). Kalau binatang yang tidak punya nalar, tetapi nalurinya menyesuaikan diri dengan kodratnya sebagai ciptaan Allah, masakan kita sebagai gambar Allah tidak bisa bersikap dan berlaku lebih baik? Yang dibutuhkan di sini adalah kerendahan hati dan mau diajar Tuhan (ayat 32).
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |