Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/11/23 |
|
Minggu, 23 November 2014
|
|
Judul: Meterai cinta sejati Kedewasaan merupakan kata kunci dalam pernikahan. Maka, gadis yang belum akil balik harus dijaga dan dijauhkan dari predator seks yang hanya ingin memuaskan nafsu, bukan mencintai dengan tulus (8-9)! Hanya wanita dewasa fisik dan rohani yang berani mengambil keputusan untuk menikah dan tidak kecewa olehnya(10). Nama Salomo kembali dikumandangkan pada bagian menjelang terakhir (11-12). Seolah-olah menjadi ingatan bahwa kekayaan sebesar yang dimiliki Salomo tidaklah berarti segala-galanya. Karena justru pasutri yang saling memiliki dengan cinta yang tulus, itu melebihi kekayaan sang raja. Kebahagiaannya langgeng melampaui harta yang bisa hilang dalam sekejap! Penutup Kidung Agung seolah drama yang terbuka ke masa depan. Sesaat sebelum layar menutup panggung, sepasang kekasih itu saling bersahutan. Adegan terakhir seolah mengisyaratkan, demikianlah seharusnya pasutri menjalankan hidup pernikahan dengan bersahut-sahutan, saling memuji, membangun kepercayaan, menguatkan, dan bergandengan tangan untuk kebahagiaan yang sudah Tuhan sediakan. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |