Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/11/30 |
|
Jumat, 30 November 2012
|
|
Judul: Buruk muka cermin dibelah Dengan alasan yang sama, penolakan Amazia, imam di Betel, atas pemberitaan Amos itu bisa kita maklumi. Inti pemberitaan Amos (11) niscaya membuat bangsa Israel resah. Respons negatif Amazia bisa kita katakan normal, karena pemberitaan seperti yang dilakukan Amos ini tak jarang membuahkan pembalasan berupa kekerasan di konteks lain. Padahal penyimpulan yang diambil Amazia tentang Amos keliru. Pertama. Amos tidak hendak melawan raja dan bangsa Israel (10); Amos hanya menaati perintah Allah yang menyuruh dia pergi ke Israel. Kedua, Amos tidak sedang mencari makan melalui nubuat-nubuatnya (12); ia bukan nabi profesional (14), yaitu mereka yang bernubuat di istana-istana raja dan mendapat dukungan keuangan dari kerajaan. Amazia tidak mau mengerti bahwa pemberitaan hukuman ini merupakan akibat langsung dari dosa-dosa Israel terhadap Allah, yaitu menginjak-injak keadilan dan kebenaran Allah. Sebagai imam, ia tak lagi mewakili umat di hadapan Allah, tetapi sekadar menjadi pemasok kebutuhan religiositas orang Israel, religiositas yang palsu dan jelas ditolak Allah. Jika teguran Allah datang, kita harus peka dan siap menerima, baik itu disampaikan Allah melalui orang lain, ataupun melalui pembacaan firman secara langsung. Teguran tak boleh kita anggap penghinaan melainkan kesempatan dari Allah untuk kita bertobat, bahkan biarpun penghukuman itu tetap datang pada akhirnya. Jangan sampai penolakan atas Allah itu menjadi final, sebagaimana yang kita lihat terjadi pada Israel Utara (17). Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |