Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2014/12/05 |
|
Jumat, 5 Desember 2014
|
|
Judul: Terlambat sudah Tujuh malapetaka ini memiliki sedikit kemiripan antara sepuluh tulah di Mesir (Kel. 7:20-25) dan suara tujuh sangkakala (Why 8-11). Yang berbeda hanyalah cakupan wilayah dan daya rusaknya. Malapetaka di Keluaran 7:20-25 dan Wahyu 8-11 bersifat terbatas dalam lingkup tertentu. Lain halnya dengan kehancuran di Wahyu 15:5-16:21 memiliki daya rusak yang menyeluruh. Contohnya, semua pulau dan gunung hilang; bongkahan besar hujan es seperti meteor yang menghantam bumi. Tidak ada orang berdosa yang dapat lolos dari penghakiman Allah. Yang menarik di sini adalah kebebalan pikiran dan hati manusia. Setiap murka Allah yang dituangkan ke dunia tidak membuat mereka bertobat. Kegelapan hati mereka semakin menjadi-jadi sampai mereka memaki, menghujat, dan mengutuki Allah (Why 16:9, 11, 14, 21). Peristiwa ini sama seperti yang terjadi pada diri Firaun, di mana Allah mengeraskan hati Firaun dengan tujuan membinasakannya. Demikian juga dengan manusia akhir zaman, di mana Allah mengeraskan hati yang gelap menjadi lebih pekat. Tujuan Allah adalah menuntut keadilan bagi darah orang-orang kudus-Nya. Seperti kisah Kain membunuh Habel sehingga darah Habel berteriak kepada Allah meminta keadilan. Dengan hancurnya bumi dan langit yang lama, baru ada harapan munculnya bumi dan langit yang baru. Allah itu panjang sabar, namun bukan berarti kesabaran Allah tidak punya batas. Selama masih ada kesempatan, marilah kita memperbarui diri dan hidup benar dihadapan-Nya. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |