Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2019/12/07 |
|
Sabtu, 7 Desember 2019 (Minggu Adven ke-1)
|
|
Kebanyakan orang menjalani hidupnya setiap hari dengan aktivitas yang rutin dan hal itu terkadang membosankan. Mereka yang sibuk dengan pekerjaan kantoran bisa jadi lebih mudah merasa lelah dan jenuh. Tidak dipungkiri bahwa ada kecenderungan untuk melarikan diri dari tanggung jawab karena kejenuhan. Agaknya, perasaan seperti inilah yang sedang dialami Musa dan bangsa Israel. Perasaan jenuh dan bosan berada di tengah-tengah padang gurun. Setiap hari yang dilihat oleh mereka hanyalah hamparan pasir. Tidak ada keindahan yang dapat dinikmati. Semuanya terlihat datar saja seperti hari-hari yang sudah dilalui. Perasaan itu kian menyeruak beberapa tahun belakangan. Bangsa Israel seakan-akan sudah melupakan sebuah kisah besar tentang penyertaan Allah dalam sejarah hidup mereka. Sesungguhnya, setiap perlindungan-Nya begitu sempurna dan ajaib. Musa menaikkan nyanyian kepada Allah dengan harapan bahwa ucapan syukur yang dipanjatkannya dapat menguatkan pengharapannya pada tahun-tahun penuh tekanan. Musa yakin bahwa Allah tidak pernah sekali-kali meninggalkan mereka. Ia berkata, "Seluruh hari yang kami lalui karena gemas-Mu, ajari kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga hati kami menjadi bijaksana" (9-12). Tahun-tahun sulit yang dilalui Israel membuat mereka melupakan kebaikan Tuhan. Mereka lebih memfokuskan diri pada kesusahan dan penderitaan yang harus mereka alami dan lalui daripada kasih setia Tuhan. Itu alasan mengapa Musa memohon kepada Tuhan untuk mengajari mereka lebih bersyukur atas kasih-Nya. Mengakui kelemahan diri adalah hal yang baik. Tanpa Tuhan, hidup seseorang dapat dipastikan tidak memiliki arti. Dalam kedaulatan dan kekuasaan-Nya, Ia berkenan menjadi tempat perlindungan bagi anak-anak-Nya. Ingatlah bahwa Allah selalu menopang hidup kita. Pemeliharaan-Nya sempurna dalam hidup kita. Doa: Ajar kami untuk bersyukur atas segala sesuatu, apakah itu baik atau buruk, daripada berkeluh kesah. [AS] Baca Gali Alkitab 6 Orang yang semakin akrab berjalan dengan Allah akan semakin cinta dan takjub kepada-Nya. Pengalaman berjalan bersama Allah bertahun-tahun akan menghasilkan mutiara iman yang sangat berharga bagi generasi berikutnya. Itulah arti hidup manusia dalam kefanaannya. Mengalami Allah dalam kesementaraan hidup dan mewariskan iman yang kekal bagi generasi yang akan datang. Musa melukiskan perjalanan imannya dengan Allah. Baginya, Allah bukan hanya konsep abstrak dan nun jauh di sana. Ia merasakan Allah sangat dekat. Karena Musa mengenal-Nya dan ia bergaul karib dengan Allah setiap momen. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |