Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2005/12/08 |
|
Kamis, 8 Desember 2005
|
|
Judul: Kebenaran separuh, menyesatkan Kebenaran sejati memerdekakan (Yoh. 8:32). Ajaran Tuhan Yesus itu bukan hanya berkaitan dengan keselamatan jiwa melainkan juga dengan kemerdekaan dari kepicikan dan kesempitan cara berpikir. Banyak orang Kristen mengira telah memiliki kebenaran sejati, ternyata mereka hanya mewarisi tradisi kebenaran separuh yang seringkali menindas kebenaran sejati. Kebenaran yang separuh sama dengan kesesatan! Hal itu nyata dari sikap Elihu terhadap Ayub. Tudingan Elihu semakin menjadi-jadi. Ia melabelkan Ayub sebagai pejabat yang membenci keadilan, raja yang dursila, dan bangsawan fasik yang menuduh orang lain tanpa bukti-bukti nyata (ayat 17-18). Perbuatan Ayub tidak beda dengan kelakuan ketiga teman Ayub sebelumnya. Dengan demikian, Elihu menyatakan Ayub adalah musuh Allah (ayat 19) yang pantas dibinasakan (ayat 20) tanpa perlu diadili lagi (ayat 23-24). Sikap menghakimi Elihu ini adalah akibat kepicikannya yang merasa hanya dirinya sendiri paling benar, sehingga ia tidak merasa perlu lagi mencari hikmat Tuhan. Tuduhan Elihu bahwa Ayub sombong sebenarnya lebih tepat ditujukan kepada Elihu sendiri (ayat 31-33). Sebab dengan berani dan gegabah ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua orang bijak akan berpihak padanya dan setuju dengan kesimpulannya akan keberdosaan Ayub (ayat 34-37). Sikap picik seperti yang ditunjukkan Elihu berasal dari ambisi untuk menjadi orang yang paling benar dan bukan berasal dari kepeduliannya akan penderitaan Ayub. Yang sangat disayangkan justru hal seperti ini banyak terjadi di gereja. Orang-orang yang merasa memiliki kebenaran cenderung mengendalikan dan menerapkan kebenaran secara "sempit", ia tidak membawa orang mendekat kepada Tuhan. Akibatnya, umat Tuhan akan disesatkan oleh kebenaran yang separuh tersebut. Camkan: Pada waktu kita menempatkan diri di posisi sempurna Allah, kita sedang menyingkirkan Allah.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |