Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/12/09 |
|
Senin, 9 Desember 2013
|
|
Judul: Di balik doa yang tidak terjawab Di pasal 59 ini, Yesaya melengkapi penjelasannya dengan menyatakan bahwa tidak terjawabnya doa-doa mereka bukan karena Tuhan tidak sanggup menolong mereka. Bukan juga karena Ia tidak mendengar permohonan mereka. Masalahnya terletak pada dosa-dosa mereka (1-2). Kemudian Yesaya memaparkan bukti-bukti keberdosaan umat, yaitu kekerasan yang mengakibatkan pertumpahan darah serta tipu muslihat (3). Sistem hukum pun diputarbalikkan demi kepentingan sendiri, akibatnya pengadilan tidak menghasilkan keadilan (4). Masyarakat yang "sakit" seperti ini hanya akan menghasilkan telur ular beludak yang berbahaya pada saat menetas atau jaring laba-laba yang tidak dapat digunakan meski sudah ditenun (5-6). Mereka suka melakukan kekerasan fisik untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan (7). Perbuatan-perbuatan semacam itu memperlihatkan dengan jelas situasi dan kondisi hati yang menjadi sumber perbuatan tersebut. Dosa-dosa sosial semacam itu jelas memuakkan hati Tuhan dan memisahkan mereka dari Dia yang kudus (2). Nyata bagi kita bahwa bagi Allah, kesalehan diukur bukan semata-mata dari tindakan-tindakan ibadah kita, melainkan bagaimana sikap kita dalam kebersamaan dengan orang lain. Apakah kita telah bersikap adil terhadap siapapun tanpa pandang bulu? Apakah kita menggapai keinginan kita tanpa menghalalkan segala cara dan dengan tidak mengabaikan keadilan? Bila kita melakukan hal-hal itu, niscaya tangan Tuhan akan tidak terlalu jauh untuk menyelamatkan dan telinganya akan mendengarkan semua doa-doa kita (1). Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |