Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2005/12/10 |
|
Sabtu, 10 Desember 2005
|
|
Judul: Siapa berhikmat? Pernyataan Elihu berbeda dengan penyataan dari ketiga teman Ayub bahwa orang tua, para penguasa, dan kaum intelektual lebih berhikmat daripada anak muda, kaum sahaya, dan orang yang tak berpendidikan. Elihu, orang muda itu telah mengklaim dengan sombongnya bahwa dirinya berhikmat tanpa salah (ayat 4). Dengan sombong, Elihu membela kebenaran Allah (ayat 3) sambil mengklaim dirinya mengenal Allah dan segala jalan-Nya secara sempurna (ayat 5-7). Elihu melihat Allah sebagai pencipta dan penopang alam semesta dengan segala isinya (ayat 26-30). Dengan kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya itu, Ia menyatakan keadilan dan murka-Nya atas keberdosaan manusia (ayat 31-33). Elihu memperlakukan Allah seperti suatu mekanisme: menghukum orang fasik (ayat 6) dan memberkati orang benar (ayat 7). Penderitaan dipandangnya sebagai cara Allah memperingatkan orang yang fasik agar bertobat (ayat 8-15). Ayub termasuk kelompok orang fasik yang sudah diingatkan Allah melalui penderitaannya, seperti seorang penjahat (ayat 16-17). Oleh karena itu, Ayub seharusnya bertobat (ayat 18-21) dan bukan menjerit menyalahkan Allah (ayat 22-25). Dengan pandangannya ini maka perkataan Elihu sama dengan pernyataan ketiga teman Ayub. Padahal ketiga teman Ayub dan Ayub sendiri sudah membicarakannya dan gagal menjelaskan penderitaan Ayub secara memuaskan. Berarti, Elihu harus digolongkan sama dengan ketiga teman Ayub karena mereka memiliki kesamaan dalam berteori, yaitu Ayub menderita karena hukuman Allah atas dosa-dosanya. Upaya manusia menjelaskan pengalaman hidupnya tidak bisa memuaskan dengan mengandalkan hikmat manusiawi. Yang dibutuhkan orang yang sedang menderita adalah kasih dan kepedulian. Syukur kepada Allah di dalam Kristus, Sang Hikmat Sejati, ada penghiburan yang sejati dan firman yang membangun harapan baru. Renungkan: Bukan kata-kata hikmat yang menghibur dan membangun melainkan tindakan kasih yang tulus.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |