Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/12/10 |
|
Sabtu, 10 Desember 2016 (Minggu Adven ke-1)
|
|
Dalam keseluruhan Kitab Pengkhotbah, keluh kesah dan susah payah menjalani hidup bergema. Hukuman Tuhan yang menjadi penyebab kesusahan manusia (3:10; bdk. Kej. 3:17-19). Keberdosaan manusia membuat hidup penuh kemalangan dan ketidakadilan. Bahkan insitusi pengadilan pun mempraktikkan ketidakadilan (3:16, 4:1). Sebagai manusia fana, tiada seorang pun dapat mengendalikan kenyataan yang telah terjadi (3:1-8). Manusia tidak mampu "menyelami pekerjaan Allah dari awal sampai akhir" (3:11b). Dalam hikmat, dengan susah payah kita menghasilkan sesuatu yang berharga, ternyata pada akhirnya orang berhikmat tidak dapat melepaskan diri dari kematian (2:16). Ia harus meninggalkan hasil karyanya yang berharga ke tangan orang yang ia tidak tahu apakah akan berhikmat atau tidak (2:19-23). Lebih dari itu, tidak ada kenang-kenangan yang abadi, baik bagi orang berhikmat maupun orang yang bodoh. Semuanya akan dilupakan orang (2:16). Dalam realita pergumulan seperti itu, Pengkhotbah bertanya, "Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?" (3:9, 1:3). Menurut Pengkhotbah, mustahil seseorang dapat melihat keuntungan dari yang dilakukannya, jika ia mencarinya dari kehidupan. Kuncinya ada di tangan Allah, namun Ia tidak berkenan memberikannya kepada kita (bdk. 7:14). Karena itu, tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan, minum, dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Tetapi, semua itu berasal dari tangan Allah (2:24, 3:12-13, 5:17-18). Solusi kehidupan bukan terletak pada hidup itu sendiri, melainkan pada Allah. Dengan demikian, penutup Kitab Pengkhotbah memberikan kita jawaban tentang apa yang harus dilakukan, yaitu takut akan Allah dan berpeganglah pada perintah-Nya. Sebab, Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan, entah itu baik atau entah itu jahat (12:13-14). Intinya, tidak perlu memikirkan apa yang tidak bisa kita kontrol dan selami. Percaya pada pemeliharaan Allah. Hiduplah takut akan Allah dan nikmatilah jerih payah kita. Ini pun pemberian Allah. [IT] Baca Gali Alkitab 6 Pengkhotbah mengingatkan setiap orang bahwa makna hidup tidak terletak pada kesuksesan materi yang dicapainya dalam dunia ini. Kepuasan seperti itu sifatnya sementara dan sia-sia. Namun, orang yang menaruh harapannya dalam takut akan Tuhan adalah orang yang berhikmat. Sebab, ia tahu bahwa Tuhan itu sumber hikmat dan pengetahuan. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |