Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/12/14 |
|
Rabu, 14 Desember 2016 (Minggu Adven ke-2)
|
|
Elihu menyatakan kebenaran yang lain, yaitu Allah berdaulat melakukan apa saja dan Ia tidak pernah melakukan kesalahan apa pun dalam menilai seseorang dan tindakannya. Allah tidak pernah 'berlaku curang' (10) karena Ia Mahaadil dan Mahakuasa (12). Bagi Elihu, keadilan Allah itu mutlak dan siapa pun tidak dapat menggoyahkan-Nya. Manusia hanya bisa menerima, mengamini, dan merasakannya dalam kehidupannya tanpa dapat mengajukan protes. Saking mutlaknya kedaulatan Allah sampai-sampai "...Ia menarik kembali Roh-Nya dan mengembalikan nafas-Nya pada-Nya maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu" (14-15). Dalam hal ini, Elihu melihat Allah hanya berhenti pada satu titik, yakni Ia berdaulat dan adil. Secara tersirat, ia hendak mengatakan bahwa Allah pasti membenarkan orang yang berlaku benar dan memberinya pahala. Allah yang sama juga menurunkan azab atau sengsara kepada mereka yang melakukan kejahatan, sekalipun seseorang berupaya menutupi perbuatan jahatnya (21-22). Di sini, kita melihat Allah yang Mahakuasa dan Mahaadil memberikan hukuman yang setimpal untuk semua pelaku kejahatan. Untuk hal yang positif, Elihu menyatakan secara tidak langsung, namun untuk hal yang negatif ia menyatakannya dengan terus-terang. Dengan lugas, ia hendak mengatakan bahwa malapetaka dan sakit penyakit yang diderita Ayub merupakan hukuman Tuhan yang disebabkan oleh semua kejahatan yang dilakukannya. Secara bertahap, ganjaran ini akan berakhir dengan kematian yang mengerikan (23-25). Karena itu, Elihu menasihati Ayub untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mengakui kesalahannya. Hanya dengan cara ini, Ayub dapat terlepas dari kesengsaraan yang menimpa hidupnya. Sebab bagi Elihu, penderitaan Ayub adalah hukuman Tuhan atas dosa-dosanya. Tuhan memiliki kedaulatan penuh, ketegasan, dan keadilan. Tetapi, Ia juga mempunyai kebijaksanaan yang tidak terjangkau akal budi manusia. Karena itu, jangan main hakim sendiri terhadap sesama. [SS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |