Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2010/12/15 |
|
Rabu, 15 Desember 2010
|
|
Judul: Saat harapan tak tampak Di ayat 40-48 Yeremia meletakkan hasil refleksinya (bnd. ayat 39) dalam konteks penderitaan yang tengah dia dan bangsanya alami. Kembali ke kenyataan hidupnya, Yeremia menyadari bahwa bangsa Israel memang layak mendapatkan hukuman dari Tuhan (42-45). Ia juga menyadari bahwa bangsa-bangsa yang Tuhan pakai untuk mendatangkan penghukuman kepada Israel begitu menikmati "tugas" yang Tuhan berikan untuk menghukum Israel sehingga mereka bertindak sangat kejam (52 dst.). Ini mengakibatkan penderitaan yang begitu memilukan, terutama bagi para perempuan dan anak-anak kecil. Melalui seluruh rangkaian Ratapan 3, kita melihat melalui kacamata Yeremia bagaimana orang yang benar tidak serta-merta dikecualikan dari penderitaan dan kesusahan yang terjadi di sekelilingnya. Ia tetap adalah bagian dari masyarakatnya. Justru dengan menjadi bagian dari masyarakatlah, iman orang yang benar memberikan sensitivitas untuk melihat dosa dan kesalahannya serta bangsanya secara realistis di hadapan Allah. Dari situ, iman orang benar memampukan dia kembali bangkit dan memimpin masyarakatnya untuk kembali hidup lurus di hadapan Tuhan. Mulai ayat 58, Yeremia menutup pasal 3 dengan permohonan. Bagai pengacara yang menutup uraian pembelaannya, Yeremia menyerahkan kasusnya kepada Tuhan sebagai Hakim agar Tuhan kembali bertindak menegakkan keadilan dan menjalankan pembalasan. Iman Yeremia memampukan dia untuk memahami realita kehidupan dari kacamata Tuhan dan berharap, bahkan di saat tak tampak harapan.
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |