Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/12/17 |
|
Sabtu, 17 Desember 2022 (Minggu Adven 3)
|
|
Berpuasa, mengenakan kain kabung, dan menaruh abu di atas kepala adalah kebiasaan yang lazim dilakukan oleh orang Israel untuk mengekspresikan kedukaan dan pertobatan. Orang Israel menyatakan rasa duka dan penyesalan yang dalam karena mereka menyadari bahwa segala perbuatan mereka dan perbuatan nenek moyang mereka telah mendukakan hati Tuhan sekalipun Tuhan telah begitu baik terhadap mereka. Kesetiaan Tuhan kepada Israel tidak pernah berhenti, demikian juga dengan pemeliharaan dan perlindungan-Nya. Ironisnya, Israel berulang kali hidup dalam dosa, tidak mau taat kepada hukum Tuhan, bahkan meninggalkan Tuhan (16-21). Hal itu terjadi berulang kali sehingga Tuhan menghukum dengan menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka (27). Tuhan membuang dan menekan mereka dalam penderitaan bukan karena Tuhan tidak mengasihi mereka. Sebaliknya, Ia memperingatkan umat-Nya supaya mereka berbalik kepada-Nya (29) serta kembali menikmati berkat dan persekutuan yang intim dengan-Nya. "Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang" (31). Bersyukurlah karena kita memiliki Allah yang pengasih, penyayang, panjang sabar, dan setia. Namun, sudahkah kita juga setia kepada Tuhan dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh? Ataukah, hidup kita telah jauh dari Tuhan karena kita memilih untuk hidup dalam dosa dan tidak menaati firman-Nya? Kisah bangsa Israel dalam bacaan hari ini hendaknya makin mengingatkan kita akan betapa besar kesetiaan dan kasih Tuhan kepada kita. Oleh karena itu, mari kita belajar setia dan mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh sampai akhir hidup kita. Jika kita mendapati diri kita mulai jauh atau telah jauh dari Tuhan, segera kembalilah kepada-Nya. Ia akan menerima kita dengan tangan terbuka. Seburuk apa pun masa lalu dan dosa kita, Ia mau menerima kita yang sungguh-sungguh bertobat. Jangan tunda, kembalilah kepada-Nya sekarang! [STG] Baca Gali Alkitab 7 Nehemia memiliki sikap seorang pemimpin sejati yang dapat kita jadikan teladan. Pertama, ia berani mempersempit kesenjangan sosial. Hal itu adalah langkah berani yang Nehemia lakukan agar terwujud perilaku sosial yang peduli terhadap penderitaan rakyat miskin di dalam diri bangsa Israel. Kedua, Nehemia tidak memanfaatkan jabatan untuk memperkaya diri dan tidak mencari popularitas. Ia merelakan haknya untuk rakyat miskin. Ia mengutamakan kemuliaan Tuhan. Nehemia adalah seorang bupati yang baik. Sebagai bupati, ia memimpin dengan memberi teladan yang baik. Ia memberi teladan dalam bidang moral, sosial, dan spiritual. Ia dimampukan Allah dalam menggerakkan dan mendorong orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai misinya. Sikap yang ditunjukkan Nehemia dapat ditiru oleh para pemimpin di bidang apa pun. Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |