Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2021/12/19 |
|
Minggu, 19 Desember 2021 (Minggu Adven ke-4)
|
|
Bait Suci menjadi simbol kehadiran Allah di dunia. Di situ tempat Allah bertakhta dan menyampaikan kehendak-Nya kepada umat-Nya. Inilah yang dilihat oleh Nabi Yehezkiel. Allah menyatakan kehendak-Nya kepada Yehezkiel dalam suatu penglihatan. Ia melihat keagungan Allah di atas takhta dari permata yang berkilauan. Dari takhta itu Allah memerintahkan penghukuman bagi Yerusalem (1-2). Allah turun ke Bait Suci dan memenuhi tempat itu dengan kemuliaan-Nya (4-5). Kemudian, malaikat melakukan kehendak Allah itu dengan cara mengambil bara api dan memberikannya kepada seorang berpakaian lenan (6-7). Itulah api penghukuman Allah yang dijatuhkan kepada setiap orang yang berbuat keji. Lalu, Allah meninggalkan Bait Allah dengan cara berada di atas sayap malaikat dan dibawa naik (18-19). Apakah ini artinya Allah sungguh-sungguh meninggalkan umat-Nya? Allah kita adalah Allah Yang Mahabesar. Ia memberikan penglihatan kepada orang yang dipilih-Nya untuk menyatakan kehendak-Nya. Ia ingin agar manusia yang lemah tetap dapat memahami kehendak-Nya. Dahulu Allah memerintahkan umat untuk membangun Bait Suci supaya mereka dapat beribadah kepada-Nya di dalam kekudusan dan kelayakan. Namun, mereka justru mencemarkan Bait Suci dengan penyembahan berhala. Padahal, Allah yang bertakhta di tempat itu merupakan satu-satunya Allah mereka. Melalui penglihatan itu, Allah ingin menyatakan bahwa mereka telah menolak kehadiran-Nya dengan kekejian mereka sendiri. Ia ingin agar umat-Nya menggantungkan hidup mereka hanya kepada-Nya, bukan kepada ilah lain atau benda-benda. Jika tidak, Ia akan mendatangkan hukuman. Allah yang meninggalkan bait-Nya merupakan gambaran hidup yang tidak berkenan di hadapan Allah. Jadi, Allah tetap bertakhta di atas segala sesuatu dan Ia tetap melihat kita, umat-Nya, tetapi kemuliaan Allah tidak lagi terpancar di dalam hidup kita. Hidup sebagai umat Allah perlu dinyatakan dengan menghormati kemuliaan-Nya dan menaati kehendak-Nya. Untuk itu, kita harus menjalani kehidupan ini hanya untuk menyembah Allah, tanpa ada yang lain. [JMS]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |