Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/12/23 |
|
Rabu, 23 Desember 2015
|
|
Judul: Pedang Menjadi Mata Bajak Bangsa-bangsa itu tidak hanya ingin belajar, tetapi juga ingin menghidupi pelajaran yang sudah diterima dalam praktik. Mereka tak ingin berteori, melainkan mempraktikkannya. Itu terlihat jelas dari kalimat mereka sendiri: "supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya dan supaya kita berjalan menempuhnya" (Mi. 4:2). Mereka tidak hanya belajar tentang jalan, tetapi juga ingin menempuh jalan tersebut. Inilah sikap dan perilaku murid sejati. Kerinduan itu diperlihatkan secara nyata dalam nubuat Mikha. Bangsa-bangsa itu menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Alat-alat perang diubah bentuk menjadi alat-alat pertanian--dari alat kematian menjadi alat kehidupan, dari alat pembunuhan menjadi alat pertumbuhan. Bangsa-bangsa itu tidak lagi mau belajar perang. Mereka tidak ingin saling mematikan, tetapi saling menghidupkan. Tidak ada lagi yang hidup dalam ketakutan, semua serba damai dan tercukupi kebutuhan jasmaninya (4). Tak ada rasa curiga satu sama lain. Semuanya itu hanya akan terjadi jika mereka sungguh-sungguh mau belajar dari Sang Guru Damai. Rasa curiga tak jarang menerpa kita juga. Kedamaian hanya mungkin terjadi, ketika setiap orang mau belajar dari Sang Guru Damai! Tak hanya belajar, tetapi melakukan apa yang telah dipelajari. [YMI]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |