Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2015/12/30 |
|
Rabu, 30 Desember 2015
|
|
Judul: Menunggu-nunggu Tuhan Dalam sistem panen di Israel, umat Israel dilarang memetik keseluruhan buah (lih. Im. 19:9-10). Mereka harus membiarkan buah-buah yang masih muda untuk orang miskin dan orang asing yang ada di Israel. Dengan cara demikian, umat Israel diperintahkan Allah untuk siap membagikan berkat-Nya yang telah diterima. Kondisi dalam nubuat Mikha cukup mengenaskan, karena Sang Pemilik kebun telah menghabiskan keseluruhan buah. Mereka tidak mau berbagi, sehingga orang miskin dan orang asing tetap lapar. Ini merupakan gambaran betapa buruknya moral Israel. Mikha menjelaskan: "Orang saleh sudah hilang dari negeri, dan tiada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semuanya mengincar darah, yang seorang mencoba menangkap yang lain dengan jaring. Tangan mereka sudah cekatan berbuat jahat; pemuka menuntut, hakim dapat disuap; pembesar memberi putusan sekehendaknya, dan hukum mereka putar balikkan! (Mi. 7:2-3)" Dengan gamblang Mikha menyatakan betapa tak ada lagi orang jujur. Situasi negeri tak lagi enak untuk didiami. Orang-orang merasa bahwa orang lain adalah serigala terhadap sesamanya. Tak ada lagi kepercayaan terhadap orang lain. Ketimbang dimakan, lebih baik memakan sesama manusia. Perseteruan juga terjadi dengan anggota keluarganya. Karena itulah Mikha berkata, "Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!" (Mi. 7:7). Dalam kondisi negara seperti itu, Mikha hanya bisa mengandalkan Allah. Mungkin kita merasa frustasi melihat kondisi Indonesia. Di titik ini, kita perlu pertolongan Allah menyelamatkan bangsa kita! [YMI]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |