Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2022/12/31 |
|
Sabtu, 31 Desember 2022 (Tutup Tahun)
|
|
Riset membuktikan bahwa sumber penyakit yang paling besar berasal dari pikiran. Oleh karena itu, para psikolog selalu menganjurkan agar kita selalu berpikir positif. Rasul Paulus pernah menasihati dengan hal yang serupa, tetapi tak sama. Dia menasihati jemaat di Filipi agar mereka selalu memikirkan hal-hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan, dan yang patut dipuji (8). Nasihat itu diawali dengan sebuah perkataan yang sangat terkenal, yakni "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan" (lih. 4:4). Jadi, nasihat untuk memikirkan semua hal yang baik bertujuan agar jemaat di Filipi dapat hidup dengan penuh sukacita. Artinya, kemampuan mengolah pikiran menentukan kebahagiaan seseorang. Selain itu, Rasul Paulus juga menasihati jemaat di Filipi agar melakukan semua yang telah mereka pelajari, terima, dengar, dan lihat darinya (9). Semua itu menjadi sebuah kerangka untuk memperoleh kehidupan yang bersukacita dalam Tuhan. Rasul Paulus yang telah mempelajari dan melakukan firman Allah pasti mengajarkan kehidupan yang bermakna. Rasul Paulus tidak dalam keadaan yang baik-baik saja ketika menulis surat ini. Karena faktanya, dia sedang berada di dalam penjara. Alasan yang membuatnya tetap bisa bersukacita dalam keadaan sulit adalah karena dia mampu mengolah pikirannya. Dia tidak menyalahkan Tuhan atas keadaan yang dialaminya. Sebaliknya, dalam keadaan sulit sekalipun, dia mampu memikirkan kebaikan-kebaikan Tuhan yang telah dia alami. Kita melewati tahun demi tahun dengan berbagai suka dan duka. Tidak semua berjalan mulus. Ada banyak hal yang bisa menjadi dalih kita untuk mengeluh dan marah kepada Tuhan. Akan tetapi, ada banyak sisi lain yang dapat kita tinjau, yakni kebaikan-kebaikan yang Tuhan sudah kerjakan bagi kita. Menapaki waktu-waktu ke depan, kita perlu selalu ingat kebaikan Tuhan pada masa lalu. Pikirkan dan jadikanlah itu disiplin rohani untuk melakukan firman Tuhan dengan setia, niscaya kita akan melangkah dengan penuh harapan dan menjalani hidup dengan penuh makna. [YGM] Baca Gali Alkitab 9 Ezra menerima laporan bahwa orang Israel menikah dengan orang bukan Israel. Laporan itu ia terima setelah ia tinggal beberapa bulan di Yerusalem. Dalam laporan itu, orang-orang Lewi, para pemuka, dan penguasa juga menikah dengan orang bukan Israel. Ezra sangat berduka; ia sampai merobek pakaiannya serta mencabut jenggotnya dan rambut di kepalanya. Ezra datang kepada Allah untuk mengakui segala kesalahan yang dilakukan bangsanya, meski ia tidak ikut melakukan dosa itu. Pascapembuangan, bangsa Israel mengalami kegoncangan spiritual. Dengan adanya pernikahan campur, orang non-Israel menjadi ikut campur dalam kehidupan, terutama peribadahan umat Allah. Dengan pernikahan campur, dosa dalam banyak hal menjadi dibiarkan. Hal itu berbahaya bagi kehidupan umat Allah, dan Ezra prihatin. Sebab itulah, dosa yang menyebabkan Israel dibuang ke Babel! Mungkinkah saat itu, ia melihat bangsanya berpotensi jatuh ke dalam hukuman yang sama untuk kedua kalinya? Apa saja yang Anda baca? Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda? Apa respons Anda? Pokok Doa:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |