DUNIA WANITA
Tiga Wanita dan Salib
Saat kita mempersiapkan hati kita untuk merayakan kebangkitan Tuhan kita pada hari Minggu ini, saya teringat dengan tiga wanita yang berdiri di sekitar salib Kristus -- para wanita seperti Anda dan saya. Meski kita mungkin tidak benar-benar mengetahui apa yang mereka pikirkan dan katakan, barangkali kita bisa membayangkan ....
Ia berdiri dari kejauhan, tetapi setidaknya, ia masih berdiri. Ia tidak membiarkan lututnya rebah ... tidak sekarang. Bertekad untuk berdiri di sana, untuk melihat, untuk menjadi kuat bagi Dia, tidak peduli betapa pun sulitnya, ia tidak akan memalingkan pandangannya dari anaknya, Mesiasnya.
Pada saat Maria berdiri di sana dikelilingi oleh teman-temannya, mungkin pikirannya melayang pada banyak kenangan sejak 30 tahun lebih terakhir. Semenjak dirinya menyadari bahwa ia sedang mengandung dan berdoa bahwa Yusuf akan mengerti, hingga pada malam yang paling ajaib di dalam kandang tempat ia tidak bisa berkata-kata, saya membayangkan ia mengulang kembali perjalanan yang kelihatannya berakhir di sini ... di kayu salib.
Bayangkan Maria mengenang masa hidupnya membesarkan seorang anak yang berbeda dari yang lainnya. Apakah ia mencoba mengingat dengan keras dalam pemikirannya saat mengenang hari ketika mereka kehilangan Yesus dan kemudian menemukan-Nya kembali di Yerusalem, dalam sebuah percakapan seru di Bait Suci dengan para rabi? Respons dari anak laki-laki itu pastinya menggema dengan keras di hatinya saat ini. "Tidak tahukah engkau bahwa Aku pasti berada di rumah Bapa-Ku?" (Lukas 2:49b, AYT). Pada saat Maria berdiri dengan tabah untuk putranya tanpa ragu, ia menyadari bahwa walaupun dirinya bisa menyelamatkan-Nya, dia tetap tidak bisa. Terlebih sekarang, Ia sedang berurusan dengan rencana Bapa-Nya.
Perjalanan Maria menuju kayu salib membawanya ke titik ia dapat berdiri teguh ketika rencana Bapa diselesaikan.
Maria meraih dan memegang tangan sahabatnya, Salome, yang terhilang dalam pikirannya sendiri. Sebagai ibu Yakobus dan Yohanes, Salome mungkin tidak memandang Yesus. Sebaliknya, matanya lebih berfokus pada kedua pria yang berada di sebelah kanan dan kiri Yesus, mengulangi pertanyaan yang sama lagi dan lagi, "Apa yang aku tanyakan?"
Belum terlalu lama ketika ibu ini, yang menginginkan hal terbaik untuk anak-anaknya, mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepada Yesus apakah Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, bisa mendapatkan kehormatan untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus di kerajaan-Nya. Namun, sekarang, kenyataan dari pertanyaan tersebut ditampilkan secara grafis di depannya. Yesus memperingatkannya bahwa ia tidak tahu apa yang sedang ditanyakannya. Melihat kedua pria di sebelah kanan dan kiri Yesus, mungkin Salome sekarang sedang bertanya-tanya apakah ia benar-benar ingin membiarkan kedua anaknya terus mengikuti Dia, terlebih jika hal ini berarti mengalami penderitaan yang sama (Matius 20:21-22). Respons Yesus selebihnya terhadap permintaan Salome kembali dengan sama kuatnya ketika tentara-tentara Romawi menaikkan secangkir anggur pahit ke mulut-Nya .... "Kamu memang akan minum dari cawan-Ku." (Matius 20:23, AYT)
Perjalanan Salome menuju kayu salib membawanya ke titik ia berserah, tidak hanya hidupnya sendiri, tetapi juga hidup orang-orang yang paling dikasihinya.
Salome dan Maria saling memandang dan keduanya berbalik untuk melihat Maria Magdalena mengambil satu langkah ke depan, menjauh dari kumpulan para wanita. Wajah Maria masih menyandang tepi tajam sebuah kehidupan yang sulit. Belum terlalu lama sejak Maria Magdalena bergabung dengan kelompok wanita yang berjalan bersama-sama dengan Yesus. Dia mungkin menjadi seperti seorang saudari kecil bagi Maria dan Salome karena pengaruh Yesus dalam hidupnya sangat dramatis ketika Ia mengusir tujuh Iblis yang telah menyiksa dia sekian lama dan dia mengalami kehidupan yang nyata untuk pertama kalinya.
Maria Magdalena berdiri, memandang Juru Selamatnya dengan tidak percaya bahwa ia tidak memiliki pemikiran maupun perkataan; hanya emosi yang sangat kasar sehingga ia hampir tidak bisa menjaganya. Yesus, satu-satunya orang yang secara literal menyelamatkan hidupnya dan yang kepada-Nya ia telah memberikan semua yang ia punya, harus diambil darinya. Bayangkan ia berdiri, tercengkeram dalam ketakutan bahwa sekali lagi ia tidak akan memiliki apa-apa. Ia benar-benar tidak bisa mengalihkan pikirannya dari hal itu.
Menyaksikan bahwa Tuhannya mengembuskan napas terakhir-Nya dan badan-Nya diturunkan dari salib, orang-orang lain pergi dan pulang ke rumah. Mungkin, ia juga berniat begitu ... tetapi ia tidak bisa. Ia justru mengikuti mereka untuk melihat di mana Yesus akan dikuburkan. Maria Magdalena melihat Yusuf Arimatea dan Nikodemus sangat hati-hati membaringkan Yesus di dalam makam dan ia berpikir bahwa pastilah orang-orang ini juga mengasihi-Nya. Dengan matahari terbenam yang menandakan dimulainya hari Sabat, Maria Magdalena terpaksa pulang untuk memulai waktu pribadinya dengan beristirahat dan berdoa, tetapi berjanji akan kembali untuk merawat tubuh-Nya ....
Hari Sabat ini mungkin terlihat seperti sesuatu yang buram. Pastinya, Maria Magdalena merasa sangat tak berdaya, hanya memikirkan tentang kematian-Nya dan makam tersebut, sangat terdorong untuk merawat tubuh Yesus, dia bahkan tidak dapat menunggu matahari segera terbit pada hari ketiga (Yohanes 20:1). Kemudian, sepertinya ketidakberdayaannya tenggelam dalam keputusasaan mutlak ketika ia mendapati tubuh-Nya telah hilang, dan yang dapat ia lakukan hanyalah memandang makam-Nya dan meratap dengan tangisan penuh putus asa (Yohanes 20:12-13).
Hanya ketika ia mendengar-Nya mengucap satu kata, "Maria," maka ia melihat-Nya. Seperti seekor domba yang mendengar suara gembalanya di tengah kekacauan, ia tahu itu adalah suara-Nya. Pada waktu itulah, ia berhenti memandang makamnya dan berbalik melihat Yesus, Mesiasnya, Juru Selamatnya, Tuhannya.
Perjalanan Maria Magdalena menuju kayu salib dan kemudian menuju makam yang kosong membawanya ke titik bahwa ia tidak lagi melihat kehilangan dan kematian, melainkan hanya melihat harapan dan hidup.
Dapatkah Anda berdiri teguh saat pekerjaan Bapa diselesaikan?
Apakah Anda masih berpegang pada sesuatu atau seseorang yang Allah telah meminta Anda untuk menyerahkannya?
Apakah Anda masih memandang pada kematian dan keputusasaan, atau sudahkah Anda menemukan kehidupan?
Minggu ini, jika seandainya Anda bergabung dengan sekelompok wanita di kayu salib dan berdiri bersama-sama dengan mereka, melihat dari kejauhan, apa yang akan menjadi cerita Anda? (t/Illene)
Download Audio Tiga Wanita & Salib
|