Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/100

e-Wanita edisi 100 (17-1-2013)

Memulihkan Luka Batin

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                    TOPIK: Memulihkan Luka Batin
                       Edisi 100/Januari 2013


e-Wanita -- Memulihkan Luka Batin
Edisi 100/Januari 2013

Salam kasih,

Luka batin adalah senjata paling ampuh yang dipakai oleh Iblis untuk 
menghancurkan hidup anak-anak Tuhan. Iblis berusaha merebut sukacita 
dan damai sejahtera dari dalam diri anak-anak-Nya yang sedang terluka, 
dan menggantikannya dengan perasaan tertolak. Yang menjadi masalah 
adalah anak-anak-Nya sering kali tidak menyadari kalau batinnya 
terluka, alih-alih mengatakan bahwa ia telah mengampuni orang yang 
telah melukai perasaannya.

Lalu, bagaimana cara untuk terbebas dari belenggu luka batin? Kunci 
utamanya tentu ada di dalam Kristus. Dia adalah Pembebas kita dari 
dosa dan segala luka. Artikel-artikel di dalam edisi ini kiranya dapat 
menolong Anda untuk mendapatkan pemulihan yang bersumber dari 
kebenaran Alkitab.

Redaksi e-Wanita,
Novita Yuniarti
< http://wanita.sabda.org/ >


   RENUNGAN WANITA: KETIKA ALLAH TURUT BEKERJA (AMSAL 3:5-6)

Suatu ketika, seorang pemburu ateis tersesat di tengah hutan. Ia 
kemudian bertemu sekelompok macan. Spontan, ia menembakkan senapannya 
ke arah macan-macan itu. Sayang, tembakannya meleset dan ia pun 
kehabisan peluru. Ia berlari sekencang mungkin. Beberapa ratus meter 
kemudian, ia terpeleset ke jurang. Beruntung, ia sempat meraih dahan 
pohon di tepi jurang itu. Berkali-kali ia berteriak minta tolong, 
namun tidak ada jawaban. Hampir putus asa, ia kembali berteriak, 
"Tuhan ... apakah Engkau sungguh ada?" Sejenak keadaan menjadi sunyi, 
lalu terdengar suara, "Ya, Aku ada." Pemburu ini melanjutkan, "Tuhan, 
selama ini aku meragukan keberadaan-Mu. Sekarang aku percaya Engkau 
ada. Maukah Engkau menolongku? Aku berjanji akan membaktikan sisa 
hidupku untuk melayani-Mu." "Baiklah, Aku akan menolongmu. Tetapi, Aku 
ingin mengetahui satu hal darimu. Maukah engkau memercayai-Ku dengan 
segenap hati dan akal budimu?" tanya Tuhan. "Tentu saja aku percaya 
seribu persen! Cepat tolong aku, Tuhan!" jawab si pemburu penuh 
keringat dingin. "Baiklah, sekarang lepaskan tanganmu dari dahan itu," 
kata Tuhan. Spontan si pemburu berujar, "Tuhan, apakah Engkau sudah 
gila?" Ia pun kembali berteriak, "Halo... adakah orang yang mendengar 
saya? Tolong ... tolong ...!" Jika kita peka dalam hidup ini, sering 
kita berperilaku seperti pemburu tadi. Kita masih setengah hati dalam 
mengakui kekuasaan-Nya, terutama jika hal tersebut di luar logika 
kita.

Dalam bukunya "In the Heart of the World", Ibu Teresa menulis: Di 
Calcutta, kami memasak untuk 9.000 orang setiap hari. Suatu hari, 
seorang suster datang dan berkata, "Ibu, tidak ada sesuatu pun untuk 
diberikan kepada orang-orang itu." Saya tidak memunyai jawaban. 
Kemudian pukul 09.00 pagi, sebuah truk penuh dengan roti datang ke 
rumah kami. Setiap hari pemerintah memberikan sepotong roti dan susu 
kepada anak-anak miskin di sekolah. Tetapi, hari itu -- tidak seorang 
pun tahu alasannya -- semua sekolah tiba-tiba diliburkan. Semua roti 
diantar ke rumah kami. Lihat, Allah meliburkan sekolah. Dia tidak 
membiarkan orang-orang kita pergi tanpa makanan. Inilah pertama 
kalinya mereka mendapatkan roti yang baik dalam jumlah yang amat 
banyak.

Dalam hidup ini tidak ada yang kebetulan jika kita melihatnya dengan 
mata iman. Pengalaman iman tersebut akan membuat kita semakin memahami 
penyertaan ilahi dalam kehidupan orang yang percaya dan berserah 
kepada-Nya (2 Tawarikh 16:9; Roma 8:28).

Diambil dari:
Judul majalah: Bahana, Mei 2005 Vol. 169
Penulis: Paulus Winarto
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta
Halaman: 20


              DUNIA WANITA: BEBAS DARI LUKA BATIN

Istilah luka batin mengacu pada keadaan jiwa seseorang yang tidak 
sehat, sehubungan dengan goresan atau penderitaan yang terjadi dalam 
hidupnya. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh peristiwa tertentu 
yang menyedihkan atau menyakitkan hatinya.

Pdt. DR. Agnes Maria Layantara, MA. dalam Bukunya "Luka Batin: 
Penyebab, Dampak, dan Penyembuhannya", memberikan definisi bahwa luka 
batin adalah robek jiwa (Amsal 27:9b), remuk hati (Yesaya 61:1), dan 
luka hati (Mazmur 147:3). Penyembuhannya disebut batin yang diperbarui 
(Mazmur 51:12), luka yang diobati (Yeremia 30:17), dan luka yang 
dibalut (Mazmur 147:3). Penyebab jiwa atau batin seseorang terluka:

1. Peristiwa Traumatis

Secara etimologi, peristiwa traumatis berarti peristiwa yang di 
dalamnya melibatkan pengalaman emosional dan sangat mengejutkan, 
sehingga memiliki dampak dalam jiwa atau batin seseorang. Ini dapat 
dialami seseorang pada masa kecil, remaja, ataupun dalam kehidupan 
berkeluarga. Sumber trauma, antara lain:

a. Keluarga. Keluarga dapat menjadi sumber trauma terbesar dalam 
   kehidupan seseorang. Trauma yang dialami seorang anak pada masa 
   kecil atau remajanya dapat disebabkan oleh hukuman yang terlalu 
   berat ataupun penyiksaan fisik. Bentuk pemicu trauma lain adalah 
   inses (hubungan seksual yang dilakukan antara orang-orang yang 
   memiliki hubungan darah sangat dekat, sehingga secara hukum mereka 
   dilarang menikah).

b. Lingkungan dalam masyarakat, seperti pemerkosaan, penodongan, 
   perampokan, penipuan, penganiayaan, pembunuhan, dan tindakan sadis 
   lainnya.

c. Keadaan hidup yang menimbulkan penderitaan besar, seperti 
   kemiskinan, kelaparan, kebakaran, kecelakaan, penyakit menular, dan 
   kematian.

d. Peristiwa alam, seperti banjir, longsor, badai, gempa, dsb..

2. Rasa Bersalah

Pada umumnya, orang akan merasa tidak enak dan kehilangan damai 
sejahtera ketika melakukan pelanggaran, baik yang bersifat legal, 
sosial, personal, maupun teologis. Hal itu dikarenakan setiap orang 
memiliki hati nurani yang senantiasa memberi peringatan setiap kali 
melakukan pelanggaran. Sering kali, perasaan bersalah diikuti dengan 
hilangnya semangat, kegelisahan, ketakutan terhadap hukuman, dan 
perasaan tersisihkan. Perasaan bersalah yang amat dalam dapat melukai 
jiwa seseorang, serta berdampak pada emosi dan tingkah laku yang 
merusak. Perasaan itu sering membuat orang menyembunyikan diri 
terhadap Allah, orang lain, bahkan dari dirinya sendiri. Tak jarang, 
si perasa mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.

Penyebab utama rasa bersalah dimulai dari keluarga. Standar seseorang 
mengenai apa yang benar dan salah atau apa yang baik dan buruk, 
biasanya dikembangkan pada masa kecil. Beberapa orang tua mendidik 
anaknya dengan menetapkan standar yang terlalu kaku dan tinggi, 
sehingga hampir-hampir tidak mungkin dicapai oleh si anak. Sebagai 
ganti pujian dan dorongan semangat, orang tua lebih banyak 
menyalahkan, mengkritik, dan menghukum anak. Dengan demikian, anak 
cenderung menyalahkan diri sendiri dan berusaha keras untuk memperoleh 
pengakuan dan penghargaan dari orang tuanya.

3. Penolakan

Timbulnya luka batin dapat pula berakar pada masalah penolakan pada 
masa kandungan, masa balita, masa remaja, juga masa hidup berkeluarga. 
Janin sudah memiliki identitas sendiri dan dapat menerima masukan dari 
luar. Banyak wanita berusaha menggugurkan kandungannya dengan berbagai 
macam alasan, ibu-ibu yang pada masa hamil menerima kehamilan itu 
dengan perasaan berat dan tidak menerima kehadiran bayi mereka dengan 
sukacita, maka bayi itu akan lahir dengan perasaan tertolak. Disadari 
atau tidak, jiwa anak ini sudah terluka karena penolakan yang 
dilakukan oleh orang tuanya semasa dalam kandungan.

Orang tua yang suka membeda-bedakan anaknya mengakibatkan anak 
memunyai konsep diri yang salah. Atau, perilaku seorang ibu yang lebih 
memilih karier daripada memberi perhatian dan kasih sayang yang cukup 
pada balitanya, maka kelak bukan tidak mungkin anaknya tidak merasa 
bertanggung jawab untuk memerhatikan dan merawat orang tuanya yang 
telah lanjut usia. Sedangkan penolakan pada masa remaja dapat 
diperoleh dari olokan ataupun hinaan sehubungan dengan penampilan 
jasmani yang kurang sempurna, atau prestasi yang diperoleh. Penolakan-
penolakan yang dimulai dari masa kanak-kanak dan remaja akan terus 
berlanjut hingga masa berkeluarga. Seseorang yang mengalami penolakan 
sejak kecil akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan pasangannya.

Dampak Jiwa Terluka

Seseorang yang jiwanya terluka akan mengalami dampak secara 
psikologis, fisiologis, sosiologis, ataupun teologis. Secara kejiwaan, 
penderita luka batin pasti terganggu perasaannya. Jika luka yang 
dialami disebabkan oleh peristiwa traumatis, maka ia akan merasa malu, 
rendah diri, dan tidak berharga. Sedangkan luka batin yang disebabkan 
oleh perasaan bersalah akan membuat seseorang gelisah, takut, murung, 
dan merasa tegang. Hal ini juga berdampak pada pikiran penderita. Ia 
menjadi kalut, mudah lupa, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil 
keputusan, kehilangan aspirasi dan motivasi.

Perasaan yang tertekan dan kalut menyebabkan kehendak atau keinginan 
seolah tumpul dan mati. Ia dapat menjadi orang yang pasif dan tidak 
memiliki tujuan hidup yang jelas. Bahkan, ia malas melakukan kegiatan 
sehari-hari dan tidak berani menghadapi kenyataan hidup. Gangguan 
secara fisik yang dialami sering kali disebut psikosomatik, yakni 
gangguan kejiwaan yang menggejala secara badani sebagai gangguan 
tubuh. Reaksi fisik terhadap perasaan gelisah biasanya berbentuk 
gangguan pencernaan, sakit kepala, gatal-gatal pada kulit, sakit 
pinggang, dll..

Secara sosiologis, penderita luka batin sulit menyesuaikan diri dengan 
lingkungan, baik dalam keluarga, pekerjaan, gereja, maupun lingkungan 
sosial lainnya. Salah satu gejalanya adalah ia cenderung menarik diri 
dan antisosial, yang ditandai dengan beberapa hal, yakni: tidak punya 
rasa tanggung jawab, menyalahkan diri sendiri, dan kecenderungan 
narsisme (perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan). 
Dampak secara teologis, orang yang terluka batinnya akan memandang 
Tuhan sebagai Allah yang tidak adil dan membiarkan dirinya mengalami 
segala peristiwa menyakitkan. Gambaran dirinya terhadap Bapa Surgawi 
juga menjadi rusak karena memiliki pengalaman traumatis dan 
menyakitkan dari ayahnya di dunia.

Seseorang yang mengalami luka batin karena dikejar oleh perasaan 
bersalah, tidak akan memiliki hubungan yang baik dengan Allah. 
Hubungannya akan senantiasa ditandai dengan rasa takut. Bagi penderita 
karena penolakan, akan memandang Allah sebagai Pribadi yang Mahasuci 
dan tidak sudi menerima dirinya yang kotor. Agar diterima Allah, ia 
berusaha sebanyak mungkin melakukan kegiatan yang dianggapnya 
menyenangkan hati Tuhan. Jika ia merasa gagal, ia merasa Allah telah 
menolaknya. Tentu konsep yang salah akan pribadi Allah akan menghambat 
pertumbuhan rohani dan kedewasaan iman.

Diambil dari:
Judul tabloid: Keluarga, Edisi 40, Tahun II -- 2008
Penulis: Fendy
Penerbit: PT. Anugerah Panca Media, Surabaya
Halaman: 6


      STOP PRESS 1: BERGABUNGLAH DALAM KELAS PASKAH DARI YLSA!

Apakah Anda ingin mengerti lebih dalam tentang makna Paskah?

Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > melalui program Pendidikan 
Elektronik Studi Teologi Awam (PESTA) kembali membuka Kelas Diskusi 
PASKAH 2013. Dalam kelas diskusi ini, akan dibahas topik-topik diskusi 
seputar kematian dan kebangkitan Kristus. Pastinya setiap peserta akan 
lebih diperkaya lagi tentang makna Paskah yang sejati melalui kelas 
ini.

Diskusi akan dilangsungkan melalui milis diskusi (email) dan berjalan 
selama 1 bulan (21 Februari -- 25 Maret 2013). Anda dapat mengikuti 
kelas diskusi ini tanpa dipungut biaya apa pun (GRATIS)! Pendaftaran 
dibuka mulai 15 Januari -- 15 Februari 2013.

Segeralah mendaftarkan diri ke Admin PESTA di 
< kusuma(at)in-christ.net > Kami tunggu!


           STOP PRESS 2: KUMPULAN BAHAN PASKAH DARI YLSA

Apakah Anda sedang bingung mempersiapkan acara Paskah di gereja, 
persekutuan, atau komunitas Anda? Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) < 
http://www.ylsa.org > menyediakan sejumlah sumber bahan Paskah pilihan 
dan alkitabiah untuk membantu Anda menemukan pengetahuan tentang 
Alkitab dan inspirasi untuk menyambut Paskah.

Kunjungilah situs Paskah Indonesia! Situs Paskah Indonesia < 
http://paskah.sabda.org/ > memuat segudang bahan menarik seputar 
Paskah, antara lain artikel, drama, puisi, kesaksian, dan buku. Anda 
juga bisa menyumbangkan bahan-bahan Paskah karya Anda di situs ini dan 
membagikannya kepada orang lain. Jika waktu Anda terbatas dan Anda 
membutuhkan referensi tepercaya seputar bahan Paskah, berbagai link 
dan daftar kategori di situs mini < http://paskah.co/ > akan menolong 
Anda menyeleksi bahan-bahan yang Anda butuhkan.

YLSA juga menghadirkan kisah-kisah Paskah dalam bentuk video menarik 
yang memadukan unsur teks, audio, dan grafis, yang dapat diunduh 
secara gratis di YouTube < http://youtube.com/user/sabdaalkitab >. 
Anda juga kami undang untuk berinteraksi dengan anak-anak Tuhan yang 
lain melalui "sharing" dan diskusi seputar perayaan Paskah di Facebook 
Paskah < http://fb.sabda.org/paskah >.

Paskah segera datang, jangan menunda lagi. Segeralah kunjungi keempat 
pranala kami dan dapatkan bahan-bahan Paskah dari YLSA!


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, N. Risanti, dan Novita Yuniarti
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
        

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org