Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/110 |
|
e-Wanita edisi 110 (20-6-2013)
|
|
_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________ TOPIK: Wanita dalam Alkitab (1) Edisi 110/Juni 2013 e-Wanita -- Wanita dalam Alkitab (2) Edisi 110/Juni 2013 Shalom, Nama seseorang belum tentu mencerminkan karakternya. Hulda yang berarti "musang", misalnya, memiliki hati yang lembut dan bijaksana. Ia adalah nabiah, sekaligus ibu rumah tangga, yang pantas diteladani. Ketaatannya kepada Tuhan menolong suami dan seluruh bangsanya dari murka TUHAN. Seperti apa kisahnya? Simaklah dalam sajian kami ini. Pemimpin Redaksi e-Wanita, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://wanita.sabda.org/ > DUNIA WANITA: HULDA Meskipun namanya berarti musang, untungnya Hulda tidak membiarkan arti nama itu mempengaruhi sifatnya. Hidupnya tidak mirip sedikit pun dengan binatang kecil yang pemalu itu. Pada zaman Hulda, diperlukan orang-orang yang berani mengemukakan pendirian dan yang berani bertindak. Hulda adalah seorang nabiah, seorang perempuan yang menyampaikan pesan Allah. Panggilannya yang khusus itu tidaklah membuatnya tersisih dari masyarakat sebab ia juga seorang ibu rumah tangga. Hulda adalah istri Salum, orang yang bertanggung jawab atas pakaian Raja Yosia. Sebagaimana lazimnya setiap perempuan berkeluarga, ia melayani suaminya setiap hari. Namun, pernikahannya tidak menghambat panggilannya. Ia menganggap bahwa menggabungkan satu tanggung jawab dengan yang lainnya adalah baik. Pada saat itu, Israel juga mempunyai dua nabi laki-laki, Yeremia(1) dan Zefanya(2). Mereka terus mendesak agar Bangsa Israel kembali kepada Allah karena Bangsa Israel telah meninggalkan Allah. Mereka tidak lagi menaati firman-Nya. Bangsa itu telah murtad. Meskipun Israel telah menyimpang dari hukum-hukum Musa yang telah diberikan enam abad sebelumnya, mereka masih tetap berpegang pada kitab-kitab hukum itu. Menurut Hukum Taurat, Bangsa Israel dapat mengharapkan berkat-berkat dan kemakmuran Allah yang luar biasa karena mereka adalah umat pilihan-Nya. Allah telah memilih mereka dari antara bangsa-bangsa lain.(3) Namun, hak istimewa itu diperoleh dengan satu syarat, yaitu mereka harus tetap setia kepada-Nya. Jika mereka tidak setia, akibatnya amat mengerikan. Jika mereka menolak Allah, Ia akan menolak mereka.(4) Bencana tiba-tiba akan menimpa mereka dan pada akhirnya mereka tidak akan tetap tinggal di negeri yang telah dijanjikan Allah kepada mereka melalui Musa.(5) Dengan panggilan itu, Tuhan memberikan tolok ukur bagi kehidupan bangsa-Nya, yaitu perintah-perintah-Nya. Agar bangsa-Nya dapat taat kepada-Nya, Allah telah menguraikan perintah-perintah-Nya itu dengan teliti. Dengan demikian, umat-Nya tidak perlu meraba-raba dalam kegelapan mengenai apa yang diharapkan Allah dari mereka, dan mereka dapat mengetahui dengan tepat apa yang diinginkan Allah. Supaya Bangsa Israel tidak melupakan perintah-perintah-Nya, Allah menyuruh mereka menyimpan perintah-perintah itu di dalam hati mereka. Mereka harus mengajarkan firman Allah itu berulang-ulang kepada anak-anak mereka dan menerapkannya dalam kehidupan pribadi dan keluarga. Semua kegiatan mereka harus disertai pimpinan Tuhan.(6) Oleh karena itu, menaati firman Tuhan tidaklah terlalu sulit bagi orang Israel. Ketaatan kepada Tuhan bukanlah di luar jangkauan atau melampaui kekuatan mereka. Sebaliknya, mereka telah mendengar firman-Nya sejak kecil dan menyimpannya di dalam hati mereka, dan siap mengucapkannya kembali setiap waktu.(7) Allah hanya mengharapkan kesediaan mereka untuk hidup sesuai dengan petunjuk-Nya. Mereka akan melakukan hal itu dengan pertolongan dan kekuatan-Nya. Dengan demikian, seluruh dunia akan dapat melihat kebahagiaan suatu bangsa yang berjalan atau hidup bersama Allah. Pada mulanya, terutama saat Bangsa Israel diperintah oleh raja-raja yang benar, segala sesuatunya berjalan lancar. Semasa pemerintahan Daud, yang tetap setia kepada Yehovah, Allah memberkati Israel. Semasa pemerintahan anak Daud, Salomo, yang dikasihi rakyatnya karena kesalehan dan kebijaksanaannya, Israel termasyhur di mana-mana. Namun, sejak saat itu, kerohanian Bangsa Israel lambat laun mulai merosot. Mereka semakin meninggalkan perjanjian mereka dengan Allah. Beberapa raja Israel sebelumnya telah berpaling sangat jauh dari Tuhan, seperti Manasye dan Amon (kakek dan ayah Raja Yosia). Beberapa raja lainnya amat kejam dan murtad. Tidak ada raja lain yang menyembah berhala dengan begitu menjijikkan seperti mereka.(8) Hulda tinggal tidak jauh dari Bait Allah. Di perkampungan baru Kota Yerusalem, ia memberikan nasihat mengenai Tuhan kepada orang-orang setiap hari. Meskipun keadaan Bangsa Israel begitu jauh dari Allah, tetapi masih ada juga orang-orang yang mencari Allah dan ingin mengetahui sesuatu tentang Allah. Hulda melaksanakan tugasnya dengan terang-terangan, tanpa ada yang menghalang-halangi. Ia tidak perlu sembunyi-sembunyi seperti nabi-nabi lain yang terpaksa melakukan hal itu. Untuk pertama kalinya selama beberapa tahun, Yehuda mempunyai seorang raja yang berbakti kepada Tuhan Allah. Raja Yosia mengikuti jejak nenek moyangnya yang terkenal, Daud, yang menaati perintah-perintah Tuhan dengan sepenuh hati dan tidak melalaikannya. Tidak perlu diragukan lagi bahwa pengabdiannya kepada Allah merupakan hasil dari pengaruh ibunya, Yedida. Ia mulai menahirkan bukit-bukit pengorbanan, merobohkan mezbah-mezbah ilah-ilah palsu, dan meremukkan serta menghancurluluhkan tiang-tiang berhala, patung- patung pahatan, dan patung-patung tuangan. Ia juga menyewa pekerja-pekerja untuk memperbaiki rumah Tuhan.(9) Di ruang kerjanya, Hulda mulai terbiasa mendengar kebisingan para pekerja. Di suatu petang, ia melihat lima orang laki-laki mendekatinya. Ia mengenali Imam Hilkia dengan mudah, dan Safan, sekretaris negara, serta beberapa orang utusan raja lainnya. Wajah mereka tampak serius, kata-katanya diatur. "Kami mendapat perintah khusus dari Tuanku Raja," kata Hilkia. "Hal itu mengenai Hukum Taurat Musa. Aku menemukan Kitab Taurat Musa di Rumah TUHAN ketika mengeluarkan uang yang akan dipakai untuk perbaikan."(10) "Kami telah membacakannya di hadapan Raja," kata Safan melanjutkan. "Raja terkejut sebab kita sebagai suatu bangsa tidak memelihara Hukum TUHAN yang telah diberikan secara tertulis. Lalu raja mengoyakkan pakaiannya. Ia malu akan dosa bangsanya. Ia sadar bahwa keadaan sudah amat gawat, dan ia takut akan murka TUHAN."(11) Hulda pun mengerti bahwa orang-orang itu datang kepadanya untuk meminta petunjuk Tuhan mengenai kitab yang baru ditemukan itu. Seandainya ia bertanya-tanya di dalam hati, mengapa raja meminta petunjuknya, bukannya Nabi Yeremia, hal itu sama sekali tidak diperlihatkannya. Sama seperti nabiah-nabiah lain pada masa lalu, Miryam(12) dan Debora(13), Hulda sudah terbiasa bekerja sama dengan kaum laki-laki, dengan tenang dan secara terhormat. Allah memerlukan manusia yang dapat menyampaikan firman-Nya di dunia ini. Biasanya, Allah memakai laki-laki, tetapi pada saat itu Ia memakai seorang perempuan. Hulda tentu mengerti bahwa ia, sebagai seorang perempuan, tidak boleh bersaing dengan laki-laki. Ia juga tidak mencoba melarikan diri dari tanggung jawab itu hanya karena ia seorang perempuan. Allah sedang mencari seseorang yang dapat berfungsi sebagai alat di dalam tangan-Nya, jenis kelamin merupakan hal sekunder dalam rencana-Nya. "Tuhan Allah dimuliakan," pikir Hulda. "Yosia tidak memperlakukan Kitab Taurat itu sebagai barang antik dan menyimpannya sebagai koleksi. Yosia mengerti bahwa Kitab Tuhan tidak dapat diperlakukan sebagai suatu perhiasan di perpustakaan istana. Taurat itu ada untuk dilaksanakan." Mau tidak mau, Hulda harus mengakui wewenang Kitab Taurat yang baru ditemukan itu. Jawabannya jelas, tanpa ada yang disembunyikan. Ia tidak takut kepada manusia karena Allah sendirilah yang berbicara melalui mulut-Nya, menentang orang-orang itu. "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel! Katakanlah kepada orang yang menyuruh kamu kepada-Ku! Beginilah firman TUHAN ...." Ketiga kata ini, "Beginilah firman TUHAN", ialah kata-kata yang membuktikan bahwa kata-katanya sebagai seorang nabi dapat dipercaya.(14) Hulda menubuatkan bahwa bangsa itu akan jatuh. Mereka telah mengabaikan firman Allah dan murtad serta menyembah allah-allah lain, bukan Allah yang hidup. Hulda menyampaikan berita tentang hukuman dan malapetaka yang mengerikan itu tanpa menguranginya.(15) Ia tidak takut akan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh kata-katanya itu terhadap dirinya secara pribadi. Namun, firman Allah tidak hanya berisi hukuman, tetapi juga memberitakan kasih karunia-Nya. Allah telah melihat kasih dan kesetiaan Yosia kepada-Nya, dan responsnya yang peka terhadap Kitab Suci. Oleh sebab itu, Ia menunda keputusan-Nya untuk menghukum mereka sampai Yosia mati.(16) Kelak, di bawah pemerintahan Raja Zedekia, hukuman atas orang-orang Israel itu akan dilaksanakan. Pada saat itu, cawan murka Allah akan menjadi penuh dan meluap. Mereka sudah tidak mungkin lagi dapat diperbaiki karena Israel tidak mau menanggapi seruan Allah yang dinyatakan secara berulang- ulang supaya mereka bertobat.(17) Bangsa itu telah mengabaikan panggilan-Nya, "Hai negeri, negeri, negeri! Dengarlah firman TUHAN."(18) Yerusalem dan rumah TUHAN akan dimusnahkan dan orang-orangnya dipaksa diangkut ke pembuangan.(19) Setelah para utusan menyampaikan pesan Hulda yang pedas itu kepada raja, raja merasa yakin bahwa Allah telah berbicara melalui Hulda. Raja juga melihat dengan jelas bahwa ia harus segera bertindak. Cepat-cepat, ia pergi ke rumah Tuhan bersama pemimpin-pemimpin bangsa dan membacakan Taurat Tuhan itu kepada semua penduduk Yerusalem dan Yehuda, baik yang besar maupun yang masih kecil.(20) Rakyat mendengarkan dengan penuh perhatian. Sama seperti raja, mereka juga yakin bahwa Allah telah berbicara melalui Hulda. Akibatnya, terjadi semacam kebangunan rohani yang tidak pernah terjadi sebelumnya di antara Bangsa Israel. Raja, para pemuka, dan seluruh bangsa membuat suatu perjanjian yang baru dengan Allah. Dengan khidmat, mereka bersama-sama berjanji bahwa sejak saat itu dan seterusnya, mereka hanya akan beribadah kepada Tuhan. Mereka mau menaati firman- Nya dengan segenap hati dan jiwa mereka. Akibatnya, terjadilah suatu reformasi yang menyeluruh. Pembersihan berhala-berhala terus dilanjutkan dengan cermat dan batas-batas moral ditentukan. Pembersihan itu tidak terbatas hanya di ibu kota, tetapi juga di seluruh negeri, dari Utara Geba sampai Selatan Bersyeba.(21) Hal yang paling penting dari semuanya, Hari Paskah dirayakan kembali. Sebelumnya, Bangsa Israel telah melupakan bagaimana cara Allah melepaskan mereka pada masa lalu. Mereka mengabaikan korban-korban persembahan yang melambangkan kedatangan Kristus kelak. Mereka tidak lagi memperingati pembebasan dari Mesir. Padahal, melalui Musa, Allah menetapkan agar peristiwa itu diperingati setiap tahun.(22) Selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah merayakan pesta itu. Yosia terus hidup menurut norma yang telah ditetapkan Allah bagi seorang raja. Melalui Musa, Allah memerintahkannya agar menuliskan bagi dirinya bagaimana sikap yang patut bagi seorang raja terhadap Hukum Allah, "Itulah yang harus ada di sampingnya dan haruslah ia membacanya seumur hidupnya untuk belajar takut akan TUHAN, Allahnya, dengan berpegang pada segala isi hukum dan ketetapan ini untuk dilakukannya."(23) Setelah Yosia merenungkan dan menerapkan firman Allah, ia mengalami berkat Allah, suatu kebenaran yang banyak dikatakan oleh Kitab Suci.(24) Sebagaimana ketidaktaatan diikuti oleh hukuman Allah, demikian pula ketaatan selalu diikuti oleh berkat-Nya. Dengan mendengarkan dan memperhatikan Kitab Suci, kehidupan Raja Yosia dan seluruh bangsa berubah. Yehuda telah menjalani reformasi ibadah yang paling besar, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Suatu bangsa yang dahulu murtad, pada saat itu telah kembali kepada Allahnya yang hidup. Meski demikian, penghakiman Allah yang terakhir tidak dapat dihindarkan. Orang Israel sudah berdosa kepada Allah secara turun-temurun. Namun, orang-orang yang hidup pada masa Hulda mengalami tahun-tahun yang menyenangkan. Walaupun nama Hulda muncul hanya sebentar dalam sejarah, kehidupannya mempunyai pengaruh yang sangat luas. Apa yang dilakukannya mempengaruhi nasib seluruh bangsa karena ia merangkaikan namanya dengan firman Allah. Hulda mengenal firman Allah. Oleh sebab itu, ia dapat dengan leluasa menegur dan memberi anjuran. Hulda tidak menyampaikan nubuat tentang masa depan yang masih jauh, berbeda dengan para nabi atau nabiah lainnya. Ia mengungkapkan kehendak Allah melalui seorang pengantara, sebagaimana yang telah dilakukan Allah selama berabad-abad. Ia menyatakan kehendak Allah kepada Bangsa Israel dalam keadaan yang khusus dan juga pada pribadi-pribadi secara perseorangan. Hulda menolong Bangsa Israel untuk dapat menemukan kembali kebenaran yang telah hilang. Ketika bangsanya kembali memberi perhatian kepada firman Allah, mendengarkannya, membacanya, mempelajarinya, merenungkannya, banyak hal menakjubkan mulai terjadi. Apabila manusia bersedia melakukan apa yang diharapkan Allah, dari dirinya akan terjadi banyak perkara yang tidak disangka-sangka. Hulda, sama seperti banyak perempuan lainnya, adalah seorang ibu rumah tangga. Namun, pengabdiannya pada firman Allah dan keberaniannya untuk menyatukan dirinya dengan firman itu menyebabkan ia menjadi lain daripada yang lain. Apabila terbuka kesempatan yang luar biasa dalam kehidupannya, ia telah siap. Catatan: 1. Yeremia 25:3-7 13. Hakim-hakim 4:4 2. Zefanya 1:1-6 14. 2 Tawarikh 34:23-24 3. Ulangan 7:6 15. 2 Tawarikh 34:25 4. Hosea 4:6 16. 2 Tawarikh 34:26-28 5. Ulangan 28:1-64 17. Yeremia 29:19 6. Ulangan 6:6-9 18. Yeremia 22:29 7. Ulangan 30:14 19. 2 Tawarikh 35:15-21 8. 2 Tawarikh 33:1-25 20. 2 Tawarikh 34:30 9. 2 Tawarikh 34:1-13 21. 2 Raja-raja 23:4-8 10. 2 Tawarikh 34:14-15 22. Keluaran 12:1-17, 23:14-15 11. 2 Tawarikh 34:18-19 23. Ulangan 17:18-19 12. Keluaran 15:20 24. Yosua 1:8, Mazmur 1:1-3 Diambil dan disunting dari: Judul asli buku: Her Name is Women (Book 2) Judul buku terjemahan: Ia Dinamai Perempuan Judul bab: Hulda, Seorang Perempuan yang Membawa Satu Bangsa Kembali kepada Tuhan Penulis: Buijten & Schipperheijn Penerjemah: Ny. Grace S. Chandra Setiawan, Bestiana Simanjuntak, Dra. Ny. Lina M. Ngendang, M.Th., dan Dra. Margaret I. Gunawan Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2010 Halaman: 231 -- 241 Kontak: wanita(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati, N. Risanti, dan Novita Y. Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |